Rabu, 28 Mei 2008

S o r e I t u

Di ufuk barat matahari telah memerah, mengguratkan suatu keindahan di sudut-sudut langit yang terlihat seakan menyatu dengan bumi. Menebarkan suatu kehangatan di hamparan pasir yang diselingi beberapa pohon dan rumah penduduk. Sementara angin gurun berhembus lembut, suaranya membisikkan pada alam suatu keheningan, mengantarkan senja sore ini bersama awan kelabu yang merayap beriringan.
Di pojok luar kamarku aku duduk sendiri. sambil bertopang dagu kubiarkan mataku menyusuri keagungan pesona seni ini; seni yang tak akan bisa ditiru oleh mahluk sepertiku. Aku tak tau apa yang sedang aku pikirkan. Pikiranku terlanjur menerawang jauh, mengikuti kemana angin berlalu.
Senja sore ini memang sangat indah, hingga pikirku tak mungkin kumelewatkannya. Bagiku, ia seakan seorang dewi yang turun menemani kesendirianku, membelaiku, dan menawan hatiku. Dan masih kuperhatikan gerak alamNya, hingga diriku semakin lebur didalamnya. Tak habis pikir dan tanya, buat apa Tuhan menciptakan ini semua.
"Andai kau disini." tiba-tiba terbersit namanya dalam hati. Burung-burung yang terbang pulang ke tempat mereka belajar mulai mengepakkan sayap-sayapnya, menyeretku kembali pada suatu yang mencoba untuk kusingkirkan. Membuka memori lamaku, tentang seseorang:
"Ida, apa kau masih ingat aku?" sungguh, hatiku luruh setiap kali teringat namanya. Mataku meradang merah, menahan perasaan yang meluap di pelupuknya. Tapi, semuanya telah terjadi dan berlalu, memaksaku harus pergi jauh, hingga dia yang disana tak bisa untuk kusentuh.
Teringat saat aku tanpa sengaja bertemu di pinggir sebuah pantai karang berbatu. Kutanya nama dan siapa dirinya. Sampai akhirnya datang embun pagi yang membuka pintu hati. Sebuah bisikan yang ingin menjadikannya bunga yang selalu mekar, semerbak wanginya di tengah gurun yang telah tersiram oleh air cinta. Hinga suatu hari, timbul rasa ingin mengungkapkan getaran-getaran yang sering menyesakkan dada. Getaran-getaran yang menghampiriku sejak beberapa bulan yang lalu. Ya, setelah perkenalan itu. Sungguh tak bisa untuk ku mengelak , apalagi membunuh lalu menguburnya. Getaran-getaran itu datang begitu saja, membayangi hari-hariku dan merasuk dalam relung jiwa lalu bersatu dengan diriku.
Memang benar apa yang dikatakan orang bahwa cinta itu indah, yang bisa membuat orang gila karna keindahannya. Memberikan surga dengan para bidadari dan dayangnya. Melambungkan khayalan tertinggi menembus batas-batas dunia seperti seorang pecandu yang kehilangan akalnya.
Dan memang kini aku seperti orang gila. Bahkan mungkin benar-benar gila. Entah kemana akalku?!

"He, lo nglamun aja!!" kuingat saat itu tiba-tiba temenku menegur dari belakang, membuatku kaget. Tapi kujawab enteng seolah memang tidak ada yang kupikirkan.
"Nggak ada apa-apa. Lagi suntuk aja nih."
"mikirin dia ya, udah bilang aja lah…" lanjutnya sambil berlalu di hadapanku.

***
Tak terasa waktu terus berputar. Detik berganti menit, jam dan hari pun bersaing menyusul. Satu minggu telah lewat begitu saja. Aku tak ingat apa-apa. Aku yang saat itu sedang berada di kampung hanya mondar-mandir tanpa tau apa yang harus dikerjakan. Aku pusing, Mungkin karena sudah cukup lama mengenal enaknya sesuatu yang bernama JAKARTA, lalu kini harus diam di rumah. Tak ada kerja, teman juga entah kemana. Ditambah lagi dengan udara musim panas yang semakin menggila. Memang sih, beberapa hari terahir ini, langit berhias mendung, awan hitam menggulung-gulung. Tapi tak terlihat tanda akan turunnya hujan yang diharapkan. Seakan alam sedang bermain-main dengan manusia.
Kusaksikan para petani yang telah lelah menunggu tetesan kehidupan mereka dari langit, terdengar hanya menggerutu dan pasrah pada nasib. Tapi selalu saja mereka katakan penuh pengharapan "semoga saja hujan turun", hingga entah karena apa, tiba-tiba Tuhan pun menyuruh sang Malaikat untuk menurunkan butir-butir bening kesejukan dari langit, meski sangkaku itu hanya cukup untuk membersihkan udara yang telah penuh dengan debu kemarau.
Tapi yang kusangka ternyata salah. Mungkin langit sedang bersuka hati, menyaksikan kami memanjatkan beribu terima kasih, pada Tuhannya yang juga Tuhan kami. Maka gerimis pun terasa masih enggan untuk berhenti, bahkan setelah kelompok-kelompok hewan malam mulai berhamburan mencari makan, menggantikan saudara-saudaranya yang harus pulang. Sementara aku selesai sholat maghrib, temanku di Jakarta memberi kabar bahwa keberangkatan ke libya sepuluh hari lagi.
"Waduh, mati aku. Belum siap-siap lagi!!" gumamku kaget. Ya tiga bulan lalu aku memang mendaftar dan alhamdulillah bisa mendapat kesempatan untuk melanjutkan studiku di negeri hijau ini. Tapi meski begitu, toh tak urung kabar yang mendadak ini membuatku deg-degan juga.
Sebenarnya sebelum maghrib tadi aku akan menelpon dia. Aku ingin dia tau isi hatiku. Tak peduli apakah dia memang satu hati atau malah nantinya akan bertepuk sebelah tangan cintaku ini. Semuanya telah kurancang, mulai kalimat apa yang harus kuungkapkan, intonasi suara, sampai kemungkinan jawaban yang akan dia berikan. Tapi Ahh... semua itu kini berantakan. Rancangan tinggal rancangan, yang mengendap dalam lapisan otak dan perasaan, seperti nasib tanah yang kini sedang terbawa aliran air hujan. Oh, Tuhan....
Kembali ku teringat dia, kuarahkan mataku pada selembar foto yang ada diatas meja kecil dari kayu jati yang ada dalam kamarku. Wajahnya meski tidak secantik para bintang di televisi, namun ia bagai bulan purnama yang bersinar melewati dinding-dinding kegelapan malam. Ia terlihat begitu ayu dengan jilbabnya. Matanya yang bening mampu menundukkan tatapan-tatapan mata liar yang ingin menerkamnya. Senyumnya yang lembut nan anggun berkuasa mendamaikan jiwa-jiwa yang mudah terpesona oleh nafsu yang meraja.
Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba membuang sesak yang mulai bergemuruh dalam jiwa. Lalu kuhembuskan pelan-pelan. Kurasakan hawa yang mengalir dari paruku melewati tenggorokan dan rongga mulut, menyeret keluar sebagian beban yang menyumbat katub nafasku.
Jendela kamar yang kubiarkan terbuka, membawa belaian-belaian angin sejuk. Udara dalam kamar yang biasanya selalu bikin gerah itu kini digantikan dinginnya gerimis yang sejak sore tak kunjung reda. Suaranya berpadu dengan gemericik air yang jatuh dari atas genting. Mengesankan aku yang sedari tadi dengan pikiran kosong berdiri dekat jendela.
"Mengapa tak kau telpon saja dia?!" Pikirku.
"Dan ungkapkan perasaanmu."
"Ah, itu tidak mungkin." lagi-lagi aku bingung sendiri. Merasa ragu untuk mengatakannya atau tidak. Setelah menerima kabar tadi, aku semakin bimbang. Bagaimana mungkin aku akan mengatakannya, sedang tak lama lagi aku akan meninggalannya. Bayangan jarak yang jauh dan waktu yang lama seakan menjelma menjadi tembok yang menghalangi mulutku untuk berteriak, membuka suara. Kalaupun nanti dia menyambut uluran hatiku, aku pun tak kuasa untuk membuatnya menderita, hanya sekedar menunggu.
"Tapi apa kau pernah berpikir, bagaimana kalau seandainya ia juga suka kamu?! dan selama ini ia telah tersiksa dengan kebisuanmu?!" tanyaku pada diri sendiri.
Aku terdiam. Aku merasa sebagai seorang pengecut, yang telah kalah sebelum berlaga. Aku hanya mampu meratapi ketidakberdayaanku ini, tanpa mampu tuk kepalkan tangan. mungkinkah Aku egois, yang tidak mau tau perasaannya? atau Aku terlalu phobia, Takut dengan kenyataan?
Dan malampun semakin merangkak naik. Tapi gerimis masih saja menemani kebisuanku….

****

"Assalamualaikum.…" suaraku terdengar agak pelan.
"waalaikum salam…. "
"Eh, kakak, kapan datang di Jakarta?" tanyanya kaget sambil diiringi senyum manis. Dia memanggilku kakak karena aku lebih tua dua tahunan dibanding dia. Saat itu ku lihat sinar kegembiraan terpancar dari wajahnya yang agak kecapean.
" Udah dari Kemarin lusa di sini" jawabku singkat.
"Ngomong-ngomong, lagi ngapain kamu Da?"
"Habis Bantu ibu bikin kue" bilangnya.
"wah, kebetulan sekali ya!!"
Sambil mempersilahkanku duduk ia lalu menuju kedalam.
Rumah yang sangat nyaman itu, sepertinya tidak sebanding dengan ukurannya yang menurutku sedehana dan biasa saja. Lantainya yang hanya tertutupi semen selalu bersih dan ramah menyambut setiap kaki yang menginjaknnya. Cahaya yang cukup dan udara yang selalu terganti melalu jendela menghilangkan kepenatanku walau sejenak. Rumahku surgaku. Kata-kata yang tepat untuk istana ini.
Sesaat kemudian Ida membawa keluar segelas air putih, disusul ibunya dari belakang meski saat itu hanya sekedar menyapa.
Menurutku Ibu Ida sangatlah ramah meskipun baru dua kali ini aku berkunjung kerumahnnya. Yang pertama saat aku akan pulang kampung dulu dan yang kedua sekarang ini. Sebenarnya tujuanku datang kerumahnya, disamping silaturrahim, juga ingin bicara dengan seseorang yang telah beberapa bulan menggelisahkan jiwa. Membuat hari-hariku indah dengan kebingungan yang kupendam. Aku ingin dia tau bahwa namanya kini telah terpatri dalam hati. Aku mau dia tau semuanya, meski mungkin nanti harus menelan pahitnya empedu atau petir akan menyambarku. Setelah ngobrol beberapa saat hatikupun mulai bergejolak.
"Ayo, bicaralah…!!" bisikan hatiku merongrongku, membuatku gemetar ragu.
"Eee... Ida, sebenarnya aku kesini mau pamit sama kamu. Mungkin, besok lusa aku akan berangkat ke Libya." suaraku terputus-putus. Dadaku bergetar hebat. Aliran darahku mengalir cepat.
"Ah,… bodohnya aku. Bukan itu yang ingin kukatakan." Kukatai diriku sendiri dalam hati. Seribu makian serasa tak cukup mengganti ketololanku ini.
Terlihat wajahnya sedikit berubah, entahlah aku tak tau pasti sebabnya. tapi aku kira aku salah ngomong, mungkin aku telah menyisipkan suatu kekecewaan dihatinya.
"Ah... aku benar-benar menyesal. Sungguh bodoh aku."
Hening.
"Kak, apa bener mau pergi?!" pertanyaannya terasa berat. sementara itu aku terdiam, sulit rasanya untuk menjawabnya.
"ya, insyaAllah. Do'ain saja biar semuanya baik-baik saja".
"ya, semoga..."
Kami terdiam. Tiba-tiba matanya terlihat agak melebam pucat lalu setitik embun hangat menetes melewati pipinya.
Kini aku seakan tahu dengan yakin bahwa perasaannya sama denganku. Dia ternyata telah menugguku. Menuggu seseorang yang kini menggores perasaannya.
"Ida, maafin aku ya...." sambil kuulurkan selembar tissue berharap ia mengerti semuanya. Sesaat kemudian ia lalu kutinggalkan sendirian, tak ada hadiah untuk kenangan, tak ada harapan yang kujanjikan. Semuanya kupendam, tak tahu apa yang harus kulakukan. Hanya doa dan sebuah buku catatan kugenggamkan ditangannya yang memberanikanku ucapkan perpisahan.
"Ida, maafin aku...." lirih hati mengiringi langkahku.
Hari sabtu malam, aku berangkat bersama temen-temen yang lain, membawa selembar harapan dan segenggam impian baru, meski aku masih terbayangi oleh coretan-coretan kemarin yang buram. Mungkinkah dengan perpisahan ini aku bisa melupakannya....?!

****
Kini aku telah berada di negeri yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Tak terkira perasaanku hingga kutulis nyelneh "rasanya nano-nano." Tapi apakah aku telah benar-benar siap menjalani hidupku disini, hidup yang tak hanya sekedar makan tidur dan berleha-leha dengan impian yang muluk-muluk. Hidup yang mengharuskanku mengucurkan keringat bahkan darah. "perubahan" bukankah ini tujuanku kesini?!
Dan hari-hari itu pun telah berlalu bahkan telah genap setahun. Sementara itu, sampai saat ini ternyata aku belum bisa melupakannya. Dan tanpa sadar, ternyata waktu berputar cepat meninggalkanku dibelakang. Sering aku hanya terdiam memandang keluar kamar saat senja mulai menghantarkan matahari sembunyi diujung barat sana. Dan saat itulah, tiap sore kusaksikan sang waktu terbang melambaikan tangannya seraya mengucapkan selamat tinggal padaku.Saat sadar, ku panggil ia untuk kembali. Tapi lidahku telah kaku, pita suaraku terbakar oleh ribuan teriakan tak tentu. Habis sudah semuanya. Yang tersisa hanyalah kekuatan sekedar tuk bersandar menyaksikan rona merah langit yang indah. Menemaniku merajut kenangan dan harapan yang hanya ada dalam khayalku. Dan ketika sampai hari ini, masih saja sore itu melambaikan tangannya, tapi seakan bukan hendak meninggalkanku, namun mengajakku bangun dan berkata "kejarlah aku....”
dan kurasa sore itu begitu indah. (Juni 2007).

Rabu, 21 Mei 2008

Wellcome to Sabrata

Sabtu pagi kemaren, bertepatan tanggal 17 mei 2008, Kulliyah Dakwah Islamiyah (KDI) dalam hal ini BEM-nya, dan lebih khusus lagi amin ijtima'iyah-nya (HUMAS) yang tahun ini di pegang oleh mahasiswa Indonesia, Siddiq Nugraha, mengadakan rihlah (tour wisata) ke daerah Sabrata, sekitar 67km sebelah barat daya Tripoli. rihlah yang tahun ini dibagi menjadi empat rombongan dan dilangsungkan empat kali dalam empat minggu, diawali oleh para mahasiswa tahun tiga dan empat kuliah dan telah dilaksanakan pada minggu sebelumnya. Sedangkan kami yang ditahun satu dan dua kuliah adalah rombongan kedua. Dan minggu depan adalah jatah untuk teman-teman yang ada di ma'had lughoh (sejenis tempat kursus bahasa) dan dirosat (S2). Sedangkan rombongan satunya lagi adalah khusus putri/mahasiswi. Saya kurang tahu kapan waktu pasnya.

Sebenarnya, dalam sejarah, Sabrata merupakan satu dari tiga kota perintis Tripoli. Dua lainnya adalah Oea dan Leptis Magna (orang sini menyebutnya Lubdah). Kota yang tersebut terakhir ini, merupakan kota wisata yang paling terkenal di Libya dan beberapa kali menjadi tujuan rihlah pada tahun-tahun yang lalu. Bahkan organisasi mahasiswa Indonesia (KKMI) disini, juga mengadakan rihlah dua tahun lalu ke sini. (udah bosen kali ke situ mulu?!)
Bertolak dari kampus sekitar pukul setengah sepuluh pagi, kami meluncur menggunakan tiga bis dan tiga mobil. Tidak ada hal yang istimewa dalam perjalanan kami kecuali merasakan nikmatnya jalan-jalan di Libya. Udara yang mulai cukup panas dan bikin gerah tidak membuat para tourist patah semangat, karena angin segar yang masuk melalui jendela mobil terus membuat suasana di dalamnya tetap nyaman. Beberapa teman bahkan masih tetap mengobrol guyon dengan berbagai tema, mulai dari pemandangan di sepanjang jalan, makanan, sampai muqorror dan materi pelajaran yang pada bulan Juni nanti akan diujikan. Tentunya juga dalam beberapa bahasa masing-masing. Ada Arab, Prancis, Urdu, dan tentunya Indonesia. Sempat juga saya lihat beberapa teman yang lain membawa buku tehnik pertukangan untuk tadrib mihni (materi extra kurikuler kulliyah). Katanya sih untuk ujian besok. Untung saya pilih tadrib mihni komputer, jadi saya tidak perlu pusing-pusing dengan tesnya karena masih ada waktu beberapa hari lagi kedepan.
Setelah melewati daerah Zawiyah (separuh perjalanan ke Sabrata), saya lebih banyak memejamkan mata –meski tidak bisa tidur- sambil mendengarkan musik menggunakan pemutar Mp3 yang saya beli setengah tahunan yang lalu di sekitar terminal Suheily, Tripoli. Menikmati lagu-lagu pop keluaran tahun 2006 ke bawah yang tersimpan dalam alat ini, saya merasa sedikit bisa bernostalgia dengan masa lalu saya semasih di Indonesia. Ah... jadi kangen dengan tanah air. Semoga saya bisa mencium wangi tanahnya kembali sebelum dunia belum berakhir seperti judul lagunya Shaden yang saya putar. Ya Tuhan, kabulkan do'aku.... Amin.
Yups... lanjut ke jalan-jalan kita, setelah menikmati sedikit panasnya perjalanan dalam mobil, sampailah kita pada tujuan.
SABRATA!! Wellcome to Sabrata, seakan angin yang sedikit bikin gerah ini menyapa dengan gembira atas kedatangan kami.

Sekitar pukul sebelasan (pagi apa siang ya?!) kami keluar dari dalam mobil. Disini suasananya biasa saja. Cukup sepi. Di halaman sebelum pintu masuk, terlihat hanya ada satu toko kecil yang menjual snack dan beberapa souvenir. Sesaat kami langsung memasuki pintu gerbang dengan hanya berbekal air, karena peraturannya tidak memperbolehkan para pengunjung membawa masuk makanan ataupun tas. Tapi yang namnya manusia, pasti saja ada yang melanggar. Hahaha... akhirnya tidak sedikit pula yang membawa tas kecil serta makanan ringan lainnya, dan penjaganya-pun tidak ada yang menegur mereka.
Sedetik kemudian, kami sudah berpencar berkelompok-kelompok. Ada yang langsung menuju Teater dan ada yang langsung menyusuri di sekitar pantai. Saya dan beberapa teman Indoneisa lain memilih menuju museum terlebih dahulu. Ada dua museum disini, yaitu Punic Museum dan satunya lagi saya lupa namanya. Keduanya tidak terlalu besar dan hanya berisi beberapa peninggalan masa Romawi dulu, seperti patung-patung, ukiran, prasasti, dan beberapa macam kerajinan tanah. Tapi semuanya mempunyai nilai seni yang tinggi.
Setelah puas menjepret beberapa gambar dalam museum, kami melanjutkan langkah ke sebuah bekas komplek bangunan (mungkin kota) yang terdiri dari reruntuhan taman, rumah, tempat pembaptisan, serta pemandian yang dibangun pada masa Romawi dulu. Komplek ini berujung dengan pantai karang yang terlihat sangat indah. Wow, bisa anda bayangkan kan?! Dan disini, di pinggiran pantai ini, bekal air kami mencapai tetes akhir, sementara tenggorokan kami sudah mulai kering dan panas matahari sudah di ubun-ubun. Akhirnya kami menuju reruntuhan gedung bekas tempat pertarungan para gladiator dulu.
Teater namanya. Gedung ini masih bagus dan tampak kokoh menjulang. Di penuhi styile khas arsitektur Romawi, puing gedung ini menyiratkan kemegahan kota ini pada dua puluh abad silam. Untuk beberapa saat kami duduk istirahat disini sampai sekitar jam satu-an untuk kembali lagi ke mobil menuju tujuan kedua, yaitu go to beach of Sabrata.
Setelah sekitar menempuh lima belasan menit, kami berhenti di salah satu sudut pantai Sabrata. Sebenarnya sudut pantai disini yang bisa dikunjungi cukup banyak. Tapi kami harus memilih tentunya. Dan setelah sampai di tempat yang ditentukan, kami langsung turun untuk makan siang bersama. Ehm, nyam,nyam,nyam....!! Masing-masing mengambil satu bungkus, yang terdiri dari dua kibdah (roti gandum berisi hati sapi), sepotong ayam goreng, satu kaleng Pepsi, serta dua buah apel dan pisang. Alhamdulillah, kami ternyata masih bisa makan enak, masih banyak nikmat, karena tentunya banyak orang di luar sana yang kelaparan bahkan mati karenanya.
Kemudian, setelah bersantap ria bersama, kami menuju pantai. Di pinggir jalan terpampang jelas sebuah iklan Billboard tentang rencana pembangunan sebuah kampung wisata di tempat ini. Mungkin beberapa tahun lagi rencana ini akan terwujud. Karena ingin tenang dan tidak repot, akhirnya sebelum nyebur kami sholat terlebih dahulu. Dan setelah itu langsung, ah..... anda bisa tebak sendiri kan?!

Anda tertarik?! Silahkan datang kesini saja!! saya tunggu!!

Tentang Kulliyah Dakwah Islamiyah

International Islamic Call College, Tripoli-Libya (1)

Kulliyah Dakwah Islamiyah (KDI) yang sekarang dipegang oleh Dr. Muhammad Syarif, merupakan salah satu universitas yang bernaung dibawah bendera Jam'iyah ad-Dakwah al-Islamiyah al-Alamiyah (Word Islamic Call Society / WICS) milik al-Qa'id Muammar Qaddafi, pemimpin Libya saat ini. perguruan tinggi yang berpusat di Tripoli-Libya ini didirikan pada tahun 1974 dua tahun setelah berdirinya Jam'iyah tersebut. Saat ini, disamping membuka perguruan tinggi di tanah airnya sendiri, WICS juga mempunyai beberapa cabang di luar negeri beserta perguruan tinginya juga, seperti di Chad, Benin, Senegal (afrika) Syiria, Lebanon (Asia), serta London (Eropa). KDI merupakan salah satu perwujudan dari bidang pendidikan yang digarap oleh lembaga milik Moammar ini disamping bidang sosial-keagamaan lainnya.
tidak seperti universitas atau perguruan tinggi yang lain, KDI diperuntukkan khusus untuk mahasiswa mancanegara/non-Libya. sehingga tidak seorangpun warga Libya sendiri yang kuliah di kampus ini. tercatat mahasiswa/i yang belajar disini berasal dari 80 negara lebih. sebelumnya didominasi oleh mahasiswa dari negara-negara di Afrika, tapi sekarang sudah banyak mahasiswa yang datang dari negara atau benua lain, seperti china, philipina, thailand, pakistan, tajikistan, uzbekistan, bosnia, bahkan Brazil, dan lainnya. mahasiswa indonesia juga sudah terlihat cukup banyak dimana data yang ada sekarang berjumlah sekitar 120-an orang (udah kayak kampung sendiri disini).
mengenai penerimaan mahasiswa baru, pihak kuliyah menjalin kerjasama dengan beberapa negara maupun dengan berbagai ormas dengan melakukan MOU penerimaan mahasiswa. untuk resminya yang saya ketahui mempunyai kerjasama dengan kulliyah adalah NU, Muhammadiyah, dan PERSIS. tapi mungkin sekarang bertambah. dan dulu stiap ormas mempunyai jatah 5 orang. namun dalam kerjasama ini, pihak Jam'iyah juga menunjuk mandub (wakil) yang sekarang dipegang oleh Bapak Junaidi di kantor Muhammadiyah pusat, Jakarta.
sebenarnya pada tahun-tahun sebelunya pihak kuliyah masih membuka penerimaan mahasiswa baru melalui murosalah (korespondensi), tapi mulai tahun kemarin (2007) jalur itu kemudian diserahkan sepenuhnya kepada mandub. jadi tidak ada lagi murosalah, dan kalau ingin ke sini harus mendaftar lewat ormas-ormas tersebut. kuota beasiswa ini setahu saya dibagi maksimal 5 orang per ormas. tapi tergantung juga pada kebijakan yang diberikan oleh pihak kuliyah.
Biasanya, untuk pendaftaran kalau tidak salah mulai dibuka sekitar bulan juni, (sebenarnya saya kurang tahu hal ini karena tidak adanya waktu yang pasti), dan cara mendaftarnya –sekarang ini- minta saja rekomendari dari tokoh masyarakat atau ormas (mis: NU, Muhammadiyah, dan PERSIS) lalu berikan data beserta rekomendasinya ke ormas pusat yang nantinya akan disusul dengan seleksi dan tes di setiap tempat pendaftaran (ditiap ormas). Tapi menurut saya tes ini juga masih kebanyakan hanya sebagai formalitas, karena kebanyakan para pendaftar lebih dulu mendapatkan rekomendasi khusus dari tokoh-tokoh masyarakat, Terutama yang langsung minta rekomendasinya dari tokoh2 ormas pusat. Kemudian dari calon mahasiswa yang masuk ke perwakilan Jam’iyah di indonesia, data2nya kemudian dikirimkan ke pihak kampus pusat, Libya. jadi yang menentukan lulus dan diterimanya adalah pihak kampus Libya.
Mengenai masalah beasiswa dan kuotanya, menurut saya kampus ini merupakan salah satu kampus yang memberi beasiswa total bagi mahasiswanya. Kecuali biaya saat pembuatan paspor, kampus memberi biaya transport kesini atau pulangnya nanti (tiket + visa), asrama, makan, uang saku, buku-buku mata kuliah serta perpanjangan visa dan paspor jika masa berlakunya habis. Tapi mungkin, saat pendaftaran lewat ormas, biasanya akan tetap dimintai uang. ya, anggap saja sebagai balas jasa, dan besarnya tergantung masing2 ormas. Dan juga, perlu diingat, saat ini pihak pemerintah Libya menerapkan ketentuan penerjemahan paspor kedalam bahasa Arab bagi siapapun yang akan memasuki negara ini. Jadi paspor harus diterjemahkan kedalam bahasa Arab ya...!!
Sedang kuotanya, kalau angkatan saya (2006), kuota beasiswa bagi mahasiswa indonesia sebanyak 35 orang, dan tahun kemaren (2007) sebanyak 21 orang. sedankan untuk tahun ini saya belum tahu pastinya berapa.
Kalau semua urusan diatas selesai, dan sudah diterima disini, maka setelah kedatangan kita disini akan diadakan tes kesehatan (check up) sekali lagi dan tes penempatan tingkat atau kelas. Tes yang kedua ini dilakukan setelah tes pertama yaitu tes kesehatan. Jika kita dinyatakan sehat dan bebas dari penyakit menular, seperti: AIDS, paru-paru, dan semacamnya, baru kita melakukan tes kedua. Tapi kalau kita kedapatan benar mempunyai penyakit tersebut, mungkin akan dipulangkan lagi ke negara asal.
Disamping itu, setelah kedatangan kita disini pihak humas kampus akan meminta paspor kita berikut beberapa berkas lain seperti ijasah, dsb, untuk disimpan. Dan sebagai gantinya kita akan menerima kartu mahasiswa yang fungsinya sama sebagai pengganti paspor. Jadi kemana-mana kita hanya membawa kartu ini. Dan bisanya saat mengurusi hal-hal ini, kita akan dibantu oleh KKMI (kesatuan keluarga mahasiswa indonesia) sebagai organisasi resmi mahasiswa indonesia disini. Bahkan juga dari bidang pendidikannya akan membantu juga dalam bimbingan untuk melewati tes diatas. (untuk putri, ada organisasi khusus yaitu JASMINE (apa ya kepanjangannnya...??) yang menginduk pada KKMI).
Untuk tingkatan studi, Disini ada ada dua tingkat selain S2. pertama adalah ma'had (sejenis kelas kursus bahasa) yang terdiri dari tiga kelas/tahun. Daur lughoh (paling bawah, untuk yang masih NOL bahasa arabnya), ma'had satu dan dua. Kebanyakan mahasiswa Indonesia minimalnya masuk ma'had dua. Dan yang kedua adalah kulliyah, yang terdiri dari empat kelas/tahun.
Tentang masalah tes, seperti yang saya tahu dari tahun-tahun kemarin, yang ditanyakan biasanya seputar kebahasaan kita mulai dari kemampuan membaca, menulis, bicara, mufradat (arti kata-kata), serta penguasaan Grammar (nahwu shorof) dan Al-Qur'an. Tapi tidak terlalu banyak kok tesnya. Untuk al-Qur'an ya, minimal siapin juz Amma. Nah kalau kita sudah lumayan OK persiapannya, insyaallah bakal langsung masuk kulliyah, tapi sekali lagi itu tergantung hasil tes kita disini.
Ok lah!! Kayaknya sudah terlalu panjang. Untuk keterangan lainnya seputar KDI, kita sambung nnti ya!!. Bisa juga lihat di www.nulibya.co.nr Tapi yang berminat untuk daftar kesini atau pengen tahu lebih banyak tentang KDI juga seputar proses pendaftarannya bisa langsung menghubungi nomor dibawah ini:
+62-815-1677-376 (Mohammad Sobry/NU)
+62-856-1023-524 (Dawam Sukardi/NU)
+62-818-901-335 (Bpk. Junaidi/Muhammadiyah)
Bagi yang deket dengan kantor Ormas, lebih baik datang saja langsung kesana ya, dari pada habisin banyak pulsa!!

Tentang istilah Adab dan Jahily

Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan secara ringkas seputar Adab Arab atau sastra Arab. Nah selanjutnya akan kita coba melanjutkannya secara lebih luas.
Barangkali hal yang pertama kali dihadapai oleh pengkaji adab Arab (sastra Arab) sebelum Islam adalah mengenai definisi serta maksud dari lafadh adab (أدب) yang kemudian disusul dengan Jahiliy (جاهلي) dimana kata terakhir ini identik dengan masa sebelum kedatangan Islam dan penggunaannya pun telah tersebar luas.

1. Adab (أدب)
Mengenai istilah adab yang digunakan untuk sastra dalam bahasa Indonesia, sudah banyak para pengkaji yang mencoba menganalisanya. beberapa diantaranya, seperti orientalis Itali, Karl Naleno, mengatakan dalam esainya yang pernah diterbitkan pada tahun 1911 adalah: bahwa kata "Adab" yang dalam bahasa Arabnya terdiri dari tiga huruf alif (أ), dal (د), dan Ba' (ب), merupakan derivasi dari kata da-a-ba (دأب) yang digunakan oleh orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam dengan arti adat (العادة) atau jalan yang ditempuh (السنة). kata ini tidak terambil dari bentuk singularnya (مفرد) yaitu da-ab (دأب) seperti kebanyakan kata lain yang terwakili oleh bentuk tersebut, melainkan terambil dari bentuk pluralnya (جمع), yaitu: ad-aab (أدآب), yang kemudian hurufnya dibalik karena adanya sebab-sebab tetentu, yang dalam ilmu shorf-nya (grammar Arab) disebut dengan al-qalb al-makaniy atau pergantian tempat huruf, yaitu a-daab (أداب). hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam bahas Arab dimana beberapa huruf dalam suatu kata dibalik atau diganti tempatnya, dimana huruf pertama diganti tempatnya dengan huruf sesudahnya dan sebagainya. sebagai perbandingan bagi pembentukan kata a-daab yang aslinya adalah ad-aab, kata bi'-run (بئر) dan ri'mun (رئم) merupakan bentuk singularnya. kemudian bentuk pluralnya adalah ab-aar (أبآر) dan ar-aam (أرآم). kemudian kedua kata ini hurufnya dibalik menjadi aa-baar (آبار) dan aa-raam (آرام). Kemudian setelah pengunaan kata aa-daab ini meluas, kata ini mulai biasa terucap dalam bentuk mufradnya, adab (أدب).
Sedang pengkaji lain seperti Dr. Syauqi Dloif mengatakan bahwa adab (أدب) adalah derivasi dari kata al-Adbu (الأدب) yang berarti undangan jamuan. mereka menyandarkan hal ini pada ucapan Turfah ibn al-Abdu:

نحن في المشتاة ندعو الجفلى # لا ترى الآدب فينا ينتقر[1]
Karena itu maka kata ma'-du-bah (مأدبة) diartikan dengan jamuan atau makanan. Dan dari sini muncul derivasi kata a-da-ba, ya'-du-bu yang berarti membuat makanan atau mengundang jamuan.[2]
Pendapat kedua ini mengatakan bahwa tidak ada bait syi'ir lain selain baitnya Turfah yang menunjukkan bahwa kata tersebut telah berubah maknanya pada masa jahiliyah, dari makna indrawi menjadi makna dzihny (rasio) yang abstrak. selain dalam bait syiir tersebut, kata adab dalam bentuknya yang lain juga terdapat dalam sebuah hadits Nabi yang menunjukkan makna bimbingan akhlak, yaitu:

أدبني ربي فأحسن تأديبي
Sebagaimana juga digunakan oleh seorang penyair mukhadram[3] Sahm ibn Handlolah al-Ghanawy, dalam syairnya:

لا يمنع الناس مني ما اردت # ولا أعطيهم ما أرادوا حسن ذا أدبا[4]
Sedang menurut Dr. Taha Husein, dalam bukunya Fi al-Syi'ir al-jahily, yang diterbikan tahun 1927, menolak kedua pendapat yang telah lalu. dia bilang "kita tidak tahu nash (teks) Arab jahily yang benar-benar pasti yang menggunakan kata al-adab, sebagaimana kita juga tidak menemukannya dalam Al-Qur'an, hadits, dan perkataan khalifah yang digunakan dalam artian yang sekarang ini dikenal".[5] Dia juga memastikan bahwa kata ini tidak diketahui oleh orang Arab kecuali pada masa Bani Umayyah.
Namun jika kita amati dengan cermat berbagai pandangan diatas, mungkin pendapat kedualah yang mendekati kebenaran dimana pendapat ini didukung oleh beberapa nash meskipun nash tersebut tidak memberi kepastian tentang asal-usul kata adab. Beberapa argument diantaranya adalah hadits Nabi itu sendiri, serta syair handholah diatas yang perowinya merupakan orang yang terpercaya, dan tentang populernya kata adab sendiri pada masa umaiyah, yang secara nalar tidak mungkin menjadi sebuah kata popular secara tiba-tiba tanpa proses. Sedang tentang tidak adanya nash yang pasti tersebut tidak bisa serta-merta menunjukkan bahwa kata adab tidak dikenal pada masa sebelum Islam. Karena mungkin nash-nash tersebut hilang sehingga tidak sampai kepada kita. Hal ini seperti di ungkapkan oleh Umru' ibnul Ala' yang mengatakan bahwa: perkataan orang Arab yang sampai kepada kita, itu hanyalah sedikit sekali, karena seandainya banyak, tentu kita akan mendapatkan ilmu dan sya'ir yang sangat banyak.
Terlepas dari perdebatan tentang asal-usulnya, kata Adab telah menjadi kata popular pada masa bani Umaiyah dan menunjukkan dua arti yaitu: pelatihan akhlak dan pengetahuan tentang syi'ir, nasab nenek moyang serta berita masa lalu. Menurut Taha Husein, cakupan makna diatas pada masa Bani Abbas bertambah dengan makna modern yaitu natsr fanny (seni prosa), dan naqd fanny atau kritik sastra.
Dan berkaitan dengan sejarah peradaban, sejak pertengahan abad masehi kata adab mempunyai dua cakupan makna, umum dan khusus. Makna umum memcakup seluruh ilmu pengetahuan serta hasil pemikiran para ulama dan sastrawan tentang berbagai macam tema, entah berupa filsafat, sastra, dan lainnya. Sedang makna khusunya hanya mencakup sastra itu sendiri, tanpa melibatkan ilmu pengetahuan lainnya. Wallahu a'lam bis showab.
(diringkas dari buku dirasat fi adab al-Arab qabla al-Islam, oleh Dr. Utsman Ali).

[1] . Diwan Turfah, tahqiq Ali al-Jundi, Anglo-mesir.
[2] . Lisan al-Arab, baris a-da-ba (أدب).
[3] . Mukhadraom adalah orang yang hidup pada masa sebelum kedatangan Islam dan setelahnya.
[4] . al-Ashr al-Jahily, dar al-ma'arif. Hal.2
[5] . tarikh Adab al-Arab, Jilid1, Hal.21

Kamis, 15 Mei 2008

Dahsyatnya Sakaratul Maut

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) "(QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail.
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s. Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
"Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s."Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya."Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat."Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s.
"Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.
"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.
"Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
Masya Alloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita? Siapkah kita untuk menghadapinya?
Ade M Resya W. Milis DT

kenangan sholawat

Matahari mulai meredupkan sinarnya. Mega menyelimuti langit senja. Seorang anak lelaki berjalan ke luar dari rumahnya. Kain sarung dan sebuah peci yang dikenakannya menandakan bahwa dia akan menuju masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Sejak dia dikhitan, lingkungan sosialnya bertambah, yaitu masjid. Sebelumnya, dia tidak pernah sekali pun masuk ke dalam masjid, apalagi ikut sholat sebagaimana teman-temannya yang sudah lebih dulu dikhitan.
Sesampainya di masjid, beberapa temannya sudah berada di sana. Ia pun segera duduk bersama teman-temanya membentuk setengah lingkaran di dekat mihrab. Tak lama kemudian seorang pemuda memimpin mereka mengumandangkan sholawat. Gema sholawat dengan lafazh dan irama yang beraneka ragam segera mengisi langit senja melalui pengeras suara masjid. Lelaki kecil dan teman-temannya seolah-olah berusaha untuk mengingatkan kepada para tetangga masjid bahwa waktu sholat maghrib sudah dekat dan mengajak tuk ikut meramaikan masjid dengan sholat berjamaah.
Alunan sholawat yang senantiasa hadir di masjid itu di setiap sore, meninggalkan jejak yang tetap berbekas di sebuah ruangan memori si lelaki kecil. Hingga suatu masa ....
*****
Acara pengajian rutin malam itu sudah dibuka. Namun sang guru yang akan mengisi materi belum juga hadir. Pembawa acara agak sedikit bingung dengan apa dia mengisi waktu kosong tersebut. Dia pun meneliti buku tipis yang dipegangnya sejak awal acara pengajian. Di bagian sampul buku tersebut terdapat dia menemukan sebuah syair sholawat. Sholawat yang dulu sering dia lantunkan bersama teman-teman di sebuah masjid di seberang sana. Dia pun mencoba mengingat bagaimana irama sholawat tersebut dilantunkan dulu.
Tak lama kemudian, dia pun memberanikan diri berbicara kepada pimpinan pengajian dan mengusulkan untuk mengisi waktu kosong dengan membaca sholawat. Pimpinan pengajian pun setuju. Maka mulailah dia melantunkan sholawat tersebut yang kemudian diikuti oleh semua jamaah pengajian.
Tak lama kemudian, sang guru yang dinanti pun hadir dan beberapa waktu berselang beliau segera menyampaikan materi pengajian malam itu.
*****
Setibanya di rumah, si pembawa acara tersebut ditanya oleh ibunya dari mana dia mendapatkan lafazh sholawat tersebut dan cara melagukannya. Dijawab saja langsung, "Lafazhnya ada di buku, sedangkan iramanya sering dilantunkan dulu ketika di masjid."

Di Balik Nikmatnya Kopi

Kenikmatan minum kopi memang tidak bisa dipungkiri oleh siapa saja. Sayang, selain memberi dampak positif, minum kopi ternyata membawa dampak ikutan yang bisa berbahaya. Jadi bagaimana bisa tetap nyeruput kopi namun tetap aman?
Selain teh, kopi merupakan minuman paling dikenal umat manusia. Tak seorang pun tak mengenal kopi. Minuman ini sudah dikenal di mana-mana sejak ratusan tahun lalu. Begitu terkenalnya kopi sampai timbul istilah coffee break atau "rehat kopi" di setiap acara resmi seperti seminar, lokakarya, rapat, dll. Saat itu para tamu atau peserta beristirahat sebentar untuk menikmati kue-kue sambil minum secangkir kopi atau teh. Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kopi seringkali dijadikan pendamping sarapan pagi. Sekalipun demikian mungkin jarang kita mengamati apa manfaat atau dampak negatif kopi bagi kesehatan. Paling-paling yang kita tahu setelah minum kopi badan terasa segar dan rasa kantuk hilang.
Baik bagi pecandu narkoba
Menurut analisis kedokteran, dalam kopi terdapat sejenis senyawa kimia xantin. Derivat senyawa ini meliputi kafein, teofilin, dan teobromin. Namun, kopi hanya mengandung kafein. Sedangkan teofilin terdapat dalam teh, sementara teobromin dalam coklat. Kafein ternyata dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1 - 3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun mengantuk. Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi.
Namun, sebenarnya manfaat di atas tidak berlaku bagi seseorang yang pekerjaannya memerlukan ketelitian, kerapian, serta ketepatan menghitung, seperti matematika, menggambar atau melukis. Sebaliknya, minum kopi lebih tepat bagi orang yang belajar ilmu-ilmu sosial atau menghapal. Minumlah sekitar setengah sampai satu jam sebelum aktivitas belajar atau menghapal dimulai. Kafein acap kali juga dijadikan salah satu bahan pelengkap pada obat sakit kepala. Pasalnya, kafein memiliki kemampuan mempersempit pembuluh darah ke otak (vasokonstriksi) sehingga pelebaran pembuluh darah di daerah otak yang merupakan penyebab sakit kepala bisa ditanggulangi. Bahkan, senyawa xantin dalam dosis rendah mampu merangsang susunan saraf yang sedang depresi, misalnya akibat penyalahgunaan narkoba atau kecanduan alkohol. Sehingga muncul pendapat bahwa kafein dapat memperbaiki fungsi mental penderita yang keracunan alkohol. Lebih jauh, kafein ternyata dapat menetralisasi asam lemak dalam darah.
Mengganggu kesuburan
Sayangnya, kebiasaan minum kopi acap kali memunculkan efek "kecanduan" baik secara psikologis maupun fisiologis. Ciri umum ketergantungan kopi antara lain rasa letih atau lelah, tak bersemangat dan mengantuk kalau sehari saja tidak minum kopi. Yang wajar adalah mengonsumsi kopi sebanyak 85 - 200 mg atau 1 - 3 cangkir kopi. Namun, minum kopi di atas 250 mg sekaligus dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit tidur), gugup, tremor (tangan bergetar), bahkan mual sampai muntah-muntah.
Minum kopi juga berbahaya bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Selain itu, kopi juga bisa meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi urin bertambah. Jadi, jangan heran kalau tak lama sehabis mengkonsumsi kopi kandung kencing cepat penuh. Minum kopi terlalu banyak bisa pula mengurangi kesuburan wanita, apalagi kalau dikombinasikan dengan alkohol. Bagi wanita usia menopause, minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah risiko kekeroposan tulang (osteoporosis). Pada dosis sedang, kafein menaikkan produksi asam lambung yang berlangsung lama, sehingga dapat memperbesar risiko penyakit lambung, tukak lambung, atau tukak usus halus. Jadi para penderita kelemahan lambung hendaknya menghindari konsumsi kopi.
Cara pengolahan dan penyeduan kopi pun memberi andil terhadap dampak yang ditimbulkannya. Bentuk pengolahan dan penyeduhan kopi tubruk misalnya. Kopi tubruk pada umumnya lebih keras karena bubuk kopi dalam cangkir atau gelas langsung diseduh air mendidih. Lagipula kopi tubruk pada umumnya menggunakan kopi lebih kasar, dipadu dengan gula batu. Dengan sendirinya akan lebih banyak ampas bubuk kopi yang masuk ke tubuh kita dibandingkan dengan kopi yang diseduh dalam teko. Maka dapat dipahami bila efek sampingan kopi tubruk lebih tinggi dibandingkan dengan secangkir kopi yang sudah "tersaring" ampas kopinya.
Penyakit jantung dan arteriosklerosis
Masalah dampak kopi kasar atau tidak disaring (unfiltered) ini dipelajari oleh sejumlah peneliti di Belanda. Mereka mengamati tingginya kadar homosistein dalam darah pecandu kopi. Homosistein merupakan substansi yang terbentuk dari metionin, yakni suatu asam amino esensial yang terbentuk pada saat tubuh mengeluarkan protein. Padahal peningkatan homosistein berhubungan erat dengan risiko penyakit jantung.
Meski belum jelas bagaimana persisnya asam amino esensial mengganggu jantung, sudah terbukti bahwa zat tersebut acap kali menyebabkan timbulnya luka di berbagai lapisan dalam pembuluh darah arteri dan selanjutnya menjadi tempat menumpuknya asam lemak dan kalsium. Timbunan ini bisa mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah arteri (arteriosklerosis).
Di sisi lain, menurut Dr. Elvina Karyadi, ahli gizi, homosistein dibutuhkan tubuh untuk berbagai reaksi biokimia, terutama dalam proses perubahan metionin menjadi sistationin dan berperan dalam membentuk propionil-koA (substansi yang beperan dalam metabolisme lemak dan karbohidrat), asalkan kadarnya tidak tinggi. Kadar normalnya, 7 - 22 ug mol/L.
Seorang peneliti Belanda menambahkan, dua minggu setelah setiap hari minum enam cangkir kopi, konsentrasi homosistein seseorang naik 10% dari angka normal. Begitu juga kadar kolesterol dan trigliserida. Namun, kenaikan ini tidak permanen. Bila kopi dihentikan dan keadaan tubuh sehat, kelebihan homosistein dapat secara alami normal kembali. Selain dengan mengurangi kafein, kenaikan kadar homosistein dapat pula dicegah dengan mengurangi konsumsi protein hewani yang banyak mengandung metionin.Bila dalam sehari minum 1,360 g kopi kasar (sekitar 6 - 7 cangkir), diperkirakan risiko untuk terkena serangan jantung atau stroke naik 10%. Selain itu kadar vitamin B6 bisa berkurang sampai 21%.
Atas dasar itu alangkah baiknya tidak minum kopi, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi penyakit jantung. Kalau pun harus minum kopi, untuk kita sebaiknya hanya 1 - 3 cangkir sehari (standar untuk orang Eropa 3 - 5 cangkir). Itu pun tidak pada saat menjelang tidur. Kopi bisa digantikan segelas air jeruk, sayuran hijau, disertai konsumsi vitamin B6 dan B12. Jenis-jenis makanan dan minuman ini tidak mengandung seng dan kafein tapi tinggi mineral, vitamin serta asam folat. Padahal vitamin B6, B12, dan asam folat sangat berperan dalam menurunkan kadar homosistein dalam tubuh, sehingga penyakit jantung koroner pun bisa dihindari.
Sumber : Inti sari

Muqoddimah

Ilmu balaghah sebenarnya merupakan salah satu bagian dari apa yang disebut dengan Ilmu al-Arabiyah (ilmu-ilmu bahasa Arab) disamping grammer Arab yaitu Nahwu dan Shorof. Namun seiring waktu, ilmu-ilmu tersebut menemukan kharakteristiknya masing-masing sehingga akhirnya berdiri sendiri dan mempunyai pembahasan yang tersendiri pula, terpisah satu sama lain.

Dan ilmu balaghah pun tidak luput dari hal tersebut. Bahkan dalam satu paket inipun, balaghah masih juga terbagi-bagi menjadi tiga bagian ilmu yang mempunyai wilayah masing-masing. Menurut para ulama, ilmu balaghah terdiri dari tiga ilmu, yaitu: ilmu al-ma'ani, ilmu al-bayan, dan ilmu al-badi'. Ilmu a-ma'ani membahas tentang kesesuaian suatu perkataan dengan kebutuhan audiens dan tema pembicaraan. Dan pembahasannya meliputi al-khobar wal insya', al-musnad wal musnad ilaih, al-fashl wal washl, serta al-ijaz, al-ithnab dan al-qoshr.

Kemudian ilmu al-bayan pembahasannya adalah tentang tata cara bagaimana menjelaskan suatu makna atau ide dengan beberapa kata dan ungkapan yang berbeda. Dan topic dari ilmu ini adalah al-tasybih, al-isti'arah, al-majaz, dan al-kinayah. Yang terakhir dari bagian ilmu balaghah adalah ilmu badi', dimana ilmu ini sangat erat hubungannya dengan nada, irama, serta kesinkronan antara suatu lafadh dengan maknanya, dalam merangkai suatu karya sastra. Topic ilmu ini adalah al-thibaq, al-muqobalah, al-syaja', dan al-jinas.
Dan untuk mengetahui istilah-istilah ini lebih lanjut lihat pembahasan berikutnya dan sebagai pembukanya akan diawalai dengan ilmu al-ma'ani. (see ya....).

Tiga Langkah Membuat Blog di Blogger.com/Blogspot.com

Bagi kita yang ingin membuat sebuah blog di blogger.com, domain ini telah menyediakan tiga langkah mudah dan instant dalam pembuatannya yaitu melaui Create a blog in 3 easy step.
1. Create an account (mendaftarkan diri)
2. Name your Blog (memberikan nama blog, misalnya blogku, iblog, dsb)
3. Choose a template ( memilih template atau tampilan grafis yang telah disediakan oleh blogger).


OK, mari kita mulai langkah pertama!!.

1. masuk dulu ke: http://www.blogger.com/ setelah keluar halaman pertama kita bisa langsung mengklik button berwarna oranye yang bertuliskan Create Your Blog Now dan selanjutnya kita akan masuk ke langkah pertama. Yaitu create an account.

Disini kita diminta untuk memilih atau mengisi form yang diminta Blogger.com yaitu:

- username alias e-mail kita di lajur e-mail address
- password (sebaiknya yang mudah kita ingat) di lajur enter a password
- masukkan kembali password kita di lajur reenter password
- pilihlah nama blog yang ingin kita tampilkandi lajur display name.
- tulis ulang huruf yang yang ada di lajur word verification (sesuaikan antara huruf kecil dan capital).
- check kotak kecil di lajur acceptance of terms kemudian klik continue.

2. setelah tahapan pertama selesai, kita lanjutkan dengan menamai blog kita, yaitu: name your blog.
- tulis nama atau judul blog yang kita inginkan (sebaiknya menarik dan gampang diingat) di lajur title blog. Misalnya: my blog, diaryku, blog lucu, dsb.
- pilih alamat blog kita (URL) di lajur blog addres, yang menarik dan mudah diingat juga. Misalnya: myblog.blogspot.com, diaryku.blogspot.com dll… ingat jangan memberi spasi pada nama alamat ini. Kalau nama yang kita pilih telah ada yang memakainya, kita akan diberi peringatan dan nama tersebut harus diganti yang lain. Atau klik availability addres name untuk mengetahui hal ini.
- dibawahnya ada link advanced blog bagi yang punya hosting sendiri, jadi nanti alamat blognya tanpa memakai embel-embel blogspot.com. tapi kalau kita ingin memakai hosting gratisan blogger, abaikan saja link ini dan langsung klik ikon continue.
3. memilih pola /tampilan desain grafis blog kita atau choose a template merupakan tahapan terakhir dalam membuat sebuah blog. Di blogger.com telah disediakan beberapa template gratis yang sudah cukup menarik dan variatif. Kita tinggal memilih sesuai selera dan bisa kita ganti atau mengubahnya sewaktu-waktu. Kita juga bisa mendapatkan template yang lain di http://www.blogger.template.com/.
4. Setelah selesai semuanya, klik continue dan akan muncul tulisan your blog hass been created.

OK, selamat!!. Kamu sudah punya sebuah blog dan sudah bisa dipakai. Jika kamu ingin segera posting atau memakainya klik start posting. Dan kalau kita sudah masuk ke blog kita, kita bisa menulis posting, mengubah setting tampilan, password, bahasa pengantar, profile dst. Nah… gampang kan?!

Sabtu, 26 April 2008

Sejarah Perkembangan Sastra Arab

Menyebarnya sastra arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya islam secara luas ke berbagai belahan dunia terutama pada abad ke 7 hijriah, hal ini dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an yang mulia. Bahasa yang indah ini menyebar ke berbagai penjuru timur dan barat, sehingga sebagian besar peradaban dunia pada masa itu sangat terwarnai oleh peradaban Islam. Mereka yang berperan mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan islam berasal dari berbagai suku bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia, Barbar, Andalusia dan sebagainya, walau berbeda bangsa namun mereka semua bersatu diatas Islam dan Bahasa Arab, mereka berbicara dan menulis karya sastra serta berbagai kajian keilmuan lainnya dengan Bahasa Arab .
Dan tidaklah Allah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.”(Yusuf : 2). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam ,dia dibawa turun oleh Ar ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas“(Asy Syu’ara:192-195).
Allah juga berfirman “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Pembahasan ini mencoba untuk membangkitkan semangat para generasi muda islam untuk mengkaji kembali kebudayaan islam yang agung dan indah ini, kebudayaan yang pernah memimpin dunia, yang mampu menyentuh bagian hati manusia yang paling dalam dengan cahaya imannya, menjadi penawar bagi jiwa yang luka, menghidupkan kembali hati yang mati.
Sastra Arab dan Pembagian Periode Perkembangannya
Kata الأدب sendiri telah mengalami berbagai macam perubahan makna seiring berjalannya waktu dan bergantinya peradaban bangsa arab, dahulu kala kata الأدب bermakna undangan untuk makan. Pengertian Adab terus berubah hingga akhirnya menjadi sesuatu yang kita pahami saat ini.
Pengertian Adab
Adab memiliki dua makna ; makna khusus dan makna umum.
Secara umum الأدب berarti berhias diri dengan akhlak yang luhur seperti jujur, amanah dsb, orang bijak mengatakan : أدبني ربي فأحسن تأديبي “Robbku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan.” Dalam definisinya, Al-Jurjani meletakkan Adab sebagai sesuatu yang setara dengan Ma’rifah yang mencegah pemiliknya dari terjerumus kedalam berbagai bentuk kesalahan.
Secara Khusus “Al-Adab” berarti :

الكلام الانشائي البليغ الذي يقصد به إلى التأ ثيرفي عواطف القراء والسامعين ، سواء كان شعرا أم نثرا

“Yaitu perkataan yang indah dan jelas, dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau mendengarnya baik berupa syair maupun natsr atau prosa. “
Perkataan tersebut haruslah memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
Lafaznya haruslah mudah dan indah, memiliki kedalaman makna serta menyentuh jiwa.

Jenis-jenis Adab
Natsr atau prosa: yaitu ungkapan yang indah namun tidak memiliki wazan (timbangan atau irama kata yang menyusun suatu bait syair) maupun qofiyah (kesamaan bunyi huruf akhir dalam sebuat bait syi'ir). dan macam-macamnya adalah: khotbah, surat, wasiat, perkataan hikmah, matsal, dan kisah.

Syair: yaitu ungkapan indah yang memiliki wazan maupun qofiyah, seperti :
تـعلم فليس المرء يولد عالما # وليس أخو علم كـما هو جـاهل
وإن كبير القوم لا علم عنده # صغير إذ التفت عليه المحا فل

Jenis-jenis syair seperti: deskripsi atau pemerian, pujian, ejekan, kedukaan, hikmah dsb.
Sejarah Adab
Ilmu sejarah adab merupakan suatu ilmu untuk mengetahui kondisi sastra di berbagai periode perkembangannya, baik dari segi kuat atau lemahnya maupun sedikit atau banyaknya. Melalui ilmu ini kita juga dapat mengetahui kehidupan para sastrawan, baik dari segi masa dimana ia hidup, tempat dan karya-karyanya.
Periode Perkembangan Adab
Periode perkembangan dalam sastra arab dibagi kedalam enam periode :
Periode Jahiliyah : Sejak dua abad atau satu setengah abad sebelum islam hingga masa dimana islam muncul.
Periode awal Islam : Sejak munculnya islam hingga berakhirnya kepemimpinan Khulafa’urrasyidin tahun 40 H.
Periode Daulah Umayyah : Sejak berdirinya Dinasti Umayyah tahun 40 H hingga masa keruntuhannya tahun 132 H.
Periode Daulah Abbasiyah : Sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah tahun 132 H hingga masa keruntuhannya akibat serangan pasukan Tatar tahun 656 H.
Periode Keruntuhan: Periode ini dibagi dua fase yaitu sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah tahun 656 H dan ketika Dinasti Utsmaniyyah menguasai Kairo pada tahun 923 H dan berakhir hingga runtuhnya Dinasti Utsmaniyyah pada awal abad ketiga belas hijriah.
Era baru: Ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan kebangkitan islam dibeberapa negara arab pada awal abad ketiga belas hijriah hingga saat ini.
Nash-nash Adab Yaitu kutipan dari karya-karya sastra yang terpilih yang merupakan ucapan maupun tulisan dari para sastrawan dari berbagai masa dan tema.
tulisan ini merupakan muqaddimah kita dalam pembahasan tentang sastra Arab. esai ini saya ambilkan dari tulisan mas ichsan mufti di: http://ichsanmufti.wordpress.com/

Rabu, 16 April 2008

Anak anak lampu merah

Matahari telah menyisakan warna merah diujung sana. Lampu-lampu di jalanan ibu kota telah menggantikan terangnya sang penguasa siang. Gemerlap Jakarta mulai dimainkan. Mungkin beberapa menit lagi azan akan bergema, aku yang baru pulang kuliah harus berdiri didalam bis yang penuh sesak. Jalananpun macet ditambah lampu merah yang sudah tak mampu mengendalikan semrawutnya para pengguna jalan. Akhirnya bis putih jurusan kampug rambutan-tanah abang itu harus terhenti dibelakang beberapa kendaraan lain.
Aku yang duduk di pinggir dekat jendela mencoba menghindari pengapnnya suasana dalam bis. Kumainkan telunjukku dikaca yang telah kusam tertutup debu. Kulayangkan sepasang mataku menyusuri jalanan yang bising oleh suara klakson dan deru mesin kendaraan.
Hari ini benar-benar kacau, pikirku. Sudah masuk kuliah terlambat, presentasi yang gagal, perut yang keroncongan duit tinggal goceng lagi. Benar-benar susah hidup ini… huuhhh
Kucoba melupakan semua masalah yang ada, kulihat dari pinggir jalan sana, beberapa anak kecil
turun kejalan diantara celah-celah mobil yang antri bersiap untuk ngebut kedepan. Perkiraanku umur mereka yang paling besar sekitar 11 tahun, sedang yang paling kecil mungkin 6 tahunan. Anak-anak yang malang, gumamku.
Dengan muka yang kusut dan baju yang entah berapa hari atau minggu tak dicuci, dua orang masuk kedalam bis yang ada didepanku. Sedang yang lainnya lagi mendekati sedan-sedan dan angkot yang berjejer rapat. Kusaksikan pemandangan tak masuk akal ini hampir tiap hari. Berpasang-pasang tangan kecil tak berdaya ditengadahkan dari luar kaca mobil. di bawah temaram lampu jalanan itu, Jemarinya yang kehitaman berselimut debu sangatlah tidak wajar untuk dipertontonkan. Denagn mata yang cekung layu dan wajah yang memelas penuh harapan, mereka mencoba mengetuk hati para manusia, mengabarkan kesusahan dan penderitaan yang selalu mempermainkan hidup mereka. Apakah diantara para manusia itu ada yang masih punya nurani sehingga sudi memberikan sedikit rizkinya untuk sekedar mengisi perut yang membusung akibat kurangnya gizi, atau sekedar berbagi rasa atas apa yang telah dikaruniakan kepada mereka oleh sang Ilahi. Aku tak tahan melihatnya, namun tak sangggup pula tuk memalingkan muka masa bodoh dengan derita mereka. Mataku berair, hatiku memekik keras, tapi gaungnya hanya tertahan sampai di tenggorokan. Tuhan apa salah mereka…??
hatiku berkecamuk. prihatin, marah, geram dan perasan tidak berdaya beraduk tak karuan. keadaanku yang mungkin tak jauh beda dengan anak-anak tadi juga membuatku ingin meronta sejadinya. "mengapa kami harus begini?!". tanyaku pada diri sendiri.
Dulu, saat pertanyaan ini mengusikku tuk pertama kali, "sebuah ketidak adilan" adalah kesimpulan pertamaku yang membuatku gelisah dan akhirnya menggoncangkan batinku sejak beberapa tahun yang lalu. bahkan, sampai saat ini masih membekas dalam diriku. Ketidak adilanlah yang membuatku kecewa, menangis, menderita, dan putus asa dengan hidup ini. bahkan sampai membuatku muak dengan keyakinanku yang ada selama ini. Aku bimbang apakah benar Tuhan yang maha bijaksana itu benar adanya?!
memang aku bisa dibilang sebagai seorang anak jalanan yang hidupnya harus sering terlunta-lunta, bahkan untuk membayangkan kenikmatan dunia ini saja, aku harus mendongakkan kepala setinggi-tinggginya hingga seakan aku memang tidak akan sangggup menggapainya. meskipun sekarang keadaanku mungkin lebih baik, dengan lapak dagangan yang lumayan sehingga bisa diandalkan untuk hidup bersama ibu dan seorang adik kecilku, juga biaya kuliahku yang tinggal dua semester lagi, namun hal itu tak menghapus masa laluku yang penuh dengan penderitaan. aku sejak kecil harus rela mondar mandir jualan di bis, kereta, dan jalanan. kemudian untuk beberapa tahun semenjak kelas satu SMP aku agak beruntung karena bapakku bisa mendapatkan tempat untuk membuka toko sebelum akhirnya diluluh lantakkan oleh buldoser atas kebijakan penguasa. kemudian aku mencoba masuk kuliah namun belum satu semester aku terpaksa berhenti demi bapakku yang sakit keras yang akhirnya harus meninggalkan kami bertiga selamanya. aku sangat stres waktu itu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. aku hanya bisa meratapi nasib, sambil bertanya "mengapa...mengapa ...?!". kenangku saat melihat polah anak-anak kecil itu.
****
"Mas, kembaliannya…" aku tersadar, seorang kenek memanggilku sambil menyodorkan beberapa lembar uang kembalian padaku. aku jadi teringat kalau sisa uang yang kubayarkan tadi ternyata belum dikasih.
"ya, makasih...". kataku singkat.
kualihkan lagi pandanganku melihat keluar jalanan. anak-anak tadi ternyata sudah tak karuan keberadaaanya. ada yang masih sibuk didepan, ada juga yang sudah dibelakang sana. satu anak sebenarnya mau masuk kedalam bis yang aku tumpangi, namun mungkin karena melihat bis telah penuh sesak, ia urungkan niatnya. ia hanya berjalan mengelilingi bis sambil mendongak keatas mengharap ada tangan yang menyisihkan sedikit recehannya. Dari atas bis, beberapa tangan diulurkan mencoba memberikan bantuan semampunya. Sesaat kemudian, ia telah berada dihadapanku dan aku benar-benar tak kuasa melihatnya.
"mas…"
kedua tangannya ditengadahkan ke arahku. aku tak tau harus ngasih atau tidak. tapi entahlah, tanganku secara spontan langsung saja memberikan kepingan uang 500-an yang ada disaku. Ingin sekali aku memberinya sesuatu yang lebih dari ini, mengajaknya bermain atau membantunya menjawab sebuah pertanyaan yang biasa ditanyakan ibu guru kepada murid-muridnya: “apa cita-citamu kelak?”. Namun beginilah diriku, keadaanku yang memaksaku hanya bisa untuk mengelus dada dengan bebagai tanya.
"makasih mas.." bilangnya seraya diiringi senyum polos.
"ya, ya…" aku hanya anggukkan kepala pelan.
sedetik kemudian ia berlari ke pinggir jalan. sementara temannya yang sedang beraksi di belakang bis yang kutumpangi terlihat lesu. mungkin ia belum dapat sepeserpun atau karena ia mendapat gampretan orang yang geram dengan anak-anak seperti mereka atau mungkin juga karena lampu merah masih belum menyala. ia masih memelas di samping sedan hitam dibelakang itu.
"sebenarnya mengapa harus begini..?!" pertanyaan itu muncul lagi. pertanyaan mengapa harus ketidak adilan. katanya kita ini hidup di negeri yang kaya dan pastinya hampir 100% beragama, percaya Tuhan dan pembalasan; apalagi negeri kita katanya dipenuhi muslim, kenapa kok kelihatan seperti bangsa Bar-Bar; yang kuat menggencet yang lemah, yang kaya menghisap yang miskin. kenapa kita jadi bangsa pengisap?? Mana agama? Mana mereka yang mengaku muslim? bukankah ini nggak masuk akal?!! Sederet pertanyaan yang membuatku pusing.
"ini adalah takdir, ujian bagi kita. karena itu hendaknya sabar...". kata sebagian orang.
tapi aku tidak bisa terima. " sabar kan ada batasnya, coba kalau sampean yang seperti ini..!! bukankah kerusakan dan keadaan ini juga karena manusia?? jadi jangan dikit-dikit Tuhan, ini itu Tuhan..." gugatku dalam hati kesal.
dan sementara pertanyaan-pertanyaan semacam itu bergelayut dalam pikiranku, aku teringat kata-kata mereka yang mungkin sangat mengguncang:
"ini karena manusia mau diperbudak oleh doktrin-doktrin yang melemahkan mereka. manusia dijejali dengan janji dan mimpi-mimpi bahwa penderitaan di dunia ini akan diganti dengan kenikmatan yang berlipat dan tiada bandingannya nanti di akhirat. untuk itu, mereka harus bersabar saja dalam himpitan kejamnya dunia seraya menyerahkan semua masalah dalam doa mereka pada Tuhan yang nggak jelas keberadaanya."
"memang manusia telah biasa diajarkan untuk mengadu. ya, hanya sekadar mengadu dalam sujud-sujud yang tak akan pernah bisa mengubah nasib mereka. manusia telah terasing dari dirinya sendiri. mereka telah tunduk takluk pada dogma-dogma yang tak masuk akal. seolah jika mereka berdoa, Tuhan atau dewa-dewa penolong akan langsung turun dari langit, dan selanjutnya masalah BERES. bullshit....!! kata mereka.
dan memang aku pikir selama ini aku telah berdoa siang malam, bersujud dalam serentetan tahajjud, mengadu dalam keluh dan tangisku; tapi apa yang aku dapatkan?? tak ada sama sekali... bahkan dulu saat aku rajin-rajinnya ibadah, berbagai masalah dan kesulitan malah datang menyerbu. toko kami dirampas lalu disusul kematian bapakku yang membuat kami merana dan sekarat sepanjang jalan.
kurasakan ini semua tak ada bedanya dengan anak-anak di jalanan itu. ku pikir mereka harusnya duduk manis denagn seragam dalam sekolah-sekolah yang nyaman atau bermain dengan gelak tawa yang lepas bersama teman-teman sebaya mereka.
tapi apa yang kurasakan..!! apa yang kulihat..!! aku dan mereka mendeita. jerit kami tak ada yang mendengar. semua bisu. bahkan sampai Tuhan yang selama ini aku yakini sebagai sang maha pengasih, tumpuan harapan yang aku andalkan tak kunjung mengabulkan doa dan ratapku. Akhirnya aku jadi ragu. jika Dia benar-benar ada, kemana Dia selama ini? kenapa Dia bisu dengan ketidak adilan? mengapa dia menciptakan manusia baik dan menusia bejat? mengapa harus ada pengisap dan diisap?
sungguh aneh Tuhan itu, katanya ingin manusia menuju kebaikan; tapi kok bikin perbedaan yang aneh ini? Lihatlah!! Disana banyak sekali maling berjas berdasi sedang berpesta dengan kebodohan kami. Disana Para hakim tengah tawar menawar harga dengan para konglomerat yang perutnya semakin membuncit pelit. Juga disana para ustadz, dai, kyai haji-pun tak mau ketinggalan sedang mengobral ilmunya untuk menyenagkan mereka para penguasa. Mereka semua telah menghianati Tuhan. Tapi mengapa Dia diam tak menegur mereka untuk sadar? malah mengapa aku yang selalu menyembahnya selama ini tak dihiraukannya? mengapa ia membiarkan makhluk yang mengharapkannya tersakiti, terluka hingga tak berdaya? juga mengapa Dia membiarkan anak-anak kecil itu jadi tontonan yang memuakkan nurani? apa salah mereka? mengapa Dia langsung berbalik badan ketika manusia telah diciptakanNya?? bukankah ini berarti bahwa tuhan hanyalah dogma? hanyalah proyeksi pikiran manusia yang lemah sebagai pelarian dari kenyataan alam nyata?! entah....

****
waktu sedikit begeser. beberapa saat lagi lampu merah akan menyala. dan deru mesinpun semakin bertambah. asap hitam knalpot yang tak terukur lagi standar emisinya mengepul dari bawah belakang bis putih ini, sedikit menyelimuti pemandanganku disana. anak kecil disamping sedan hitam tadi kini menepi. dengan gontai ia meniti tepian trotoar menuju teman-temannya. keadaannya yang berantakan itu tak membuatnya malu untuk terus melangkah menjalani hidup. meski seandainya ditanya apakah ia suka seperti itu, pastilah dijawabnya TIDAK..!! keadanlah yang memaksa orang seperti dirinya harus mencampakkan malunya. membuang harga dirinya, dan merelakan dirinya menjadi bahan obrolan orang-orang, surat kabar. majalah, ataupun tv dengan penuh keprihatinan serta penghinaannya.
bukankah keberadaan mereka itu sangat menjanjikan keuntungan?! aku yakin.
lihatlah para penulis atau para pemilik media itu..!! tulisan dan berita mereka penuh gambar penderitaan anak-anak jalanan. dengan sedikit style, tulisan dan berita mereka bisa menjadi selalu laku dipasaran. lihat juga pak politikus-pak politikus itu. apa yang mereka gembar-gemborkan saat kampanye?? keadilan sosial, kemiskinan, dan kemakmuran akan menjadi senjata ampuh untuk mengkadali rakyat. ya, dengan menjual obral kata-kata itu. hahaha... tapi, lalu apa selanjutnya? penghapusan orang miskin dengan penggusuran, penipuan, pemaksaan dan pembunuhan secara perlahanlah yang ada, lalu kemakmuran akan merata pada rakyat jenis baru. ya, mereka itu yang biasa dibilang bapakku dulu: orang-orang sugeh. Orang-orang yang duitnya banyak yang seolah telah membeli dunia ini untuk dikontrakkan pada kita yang mlarat dan sekarat.
"ya dunia kita memang gitu. Lihat saja bangsa kita ini.....!!" kata bapak geram.
kalau bapak dulu hanya menyalahkan sekedar para manusia bejatnya, maka sepertinya aku telah lebih dari itu. mengenang hidupku yang kembang kempis ini , ditambah hasil membaca beberapa buku, aku kadang-kadang malah memprotes asal manusia-manusia itu. Tuhan yang sejak aku lahir telah menjadi keyakinanku menjadi pencipta yang nggak punya tangung jawab, pikirku. Dia seenaknya saja memilih yang satu selalu bahagia dan dalam kesenangan sedang yang lain harus menjadi tumbalnya. Tuhan menurutku telah dholim dan tidak adil. Dia tidak membantu orang-orang yang lemah, dan tidak juga menghukum manusia bejat itu. Dia membiarkan semuanya hingga ini membuatku membenciNya lalu akhirnya tidak mempercayainya. kukatakan kalau Tuhan itu hanyalah buatan akal manusia lemah seperti yang mereka bilang. atau paling tidak Tuhan telah mati dengan kebisuanNya.
lalu, siapakah aku ini...?? tanyaku pada diri sendiri.
kalau Tuhan ngak ada, siapa yang nyiptain aku..?! siapa yang naruh aku dalam perut ibuku dulu..? juga siapa pula yang nyiptain sel-sel sperma sama atom-atom yang membentuknya itu?? apa bapak ibu yang nyiptain atau, ada dengan sendirinya, sim salabim gitu?! ah, its impossible.... itu gak masuk akal bangeeet. Pikirku ragu.
kalau ortuku yang nyiptain, berarti mereka jua diciptain dong sama kakek nenek.... terus mereka berdua diciptain juga. dan akhirnya terus kayak gitu sampe manusia pertama. terus siapa pencipta manusia pertama. nah sampe disini aku mentok dengan jawaban bahwa ternyata Tuhan itu harus ada.
sedang kalau jawabannya ada dengan sendirinya, atau kayak teori evolusi itu, maka itu lebih nggak masuk akal lagi. karna kalaupun ada dengan sim salabim, adanya itu dari apa?? kan pasti sesuatu itu ada pembentuk pertamanya kayak daging, tulang, terus sel lalu atom. nah, yang bikin atom siapa??
sementara jawabanku sendiri masih ngambang, antara ada dan tiada, antara Tuhan itu adil dan dholim bunyi klakson yang bersahutan membuyarkan pikiranku. rangkaian jawaban yang hampir kudapatkan berantakan dan hilang. ah... tuhan kusebut lirih namaNya. sambil termenung kupandangi wajah-wajah lugu penuh derita yang menunggu nyala lampu merah, aku lambaikan tangan pada mereka pelan. salah satunya membalas dengan senyum kecil yang manis. aku tak tau arti senyum itu tapi bis putih telah melaju membawa pesan mereka padaku: kalau nggak ada kami,buat apa kamu didunia ini?!.
kini aku telah menemukan jawabannya dan aku yakin Tuhan ada.
(23 nov 2007/ dimuat di bulletin SAHARA KKMI Tripoli-Libya)

Jumat, 11 April 2008

Khayalku Bisu

aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu…*

Biru, salah satu warna favoritmu selalu memberi khas pada setiap gerakmu. Dipadu kontras gelap kemejamu dengan garis-garis tegak simetris yang senada dengan warna biru jilbabmu itu tak ubahnya langit dengan awan-awan tipis yang berarak berdampingan. Dari dulu kamu seperti itu. Sederhana namun mempesona. Soal pakaian mungkin kamu bisa dibilang seorang yang sedikit kolot atau seperti yang dibilang mereka itu, “konservatif”. Ya konservatif, Yang nggak tau zaman, mode, ataupun style-style masa kini yang serba minimalis, hingga kelihatan PeTe PeCeTe kata seorang teman. Juga lebih baik kamu tetap seperti itu, seperti bunga yang selalu mekar jauh dari tangan jahil yang ingin memetiknya. Menjadi diri sendiri, dan bukan menjadi ORLA. Bukankah kepribadianmu memang seperti itu ?!.

Seperti biasa, saat aku masuk kelas aku pasti melihatmu telah duduk ditempat pilihanmu itu. Sikapmu yang pemdiam dan lebih sering menundukkan diri itu seolah kamu sedang berpikir atau membaca coretan-coretan kecil di secarik kertas buram. Dengan berdiri sebentar kuucapkan salam dengan datar. lalu kuedarkan pandanganku sekilas melihat kebiasaan-kebiasaan kita di kuliah ini. Hanya dua puluhan yang sudah stand by dikelas, hitungku. Sedang sisanya, pastilah mereka masih dijalan atau enggan beranjak dari mimpi-mimpi indah dalam balutan selimut tebal. Ya meskipun musim sudah mulai mengkuncupkan bunga-bunga, dan burung-burung telah mendendangkan puja-puji atas cinta, namun musim dingin masih menyisakan aroma dinginnya dengan sangat. Kalaulah aku tak sadar, mungkin aku akan seperti mereka. Lebih baik tidur dari pada seperti ini. Toh dikuliah tak ada absensi, juga seperti biasa kita hanya disuruh menampung jutaan huruf yang kadang tak bisa kita mengerti. Ia toh… ?!
Di pojok sana kulihat teman kita si Tanzani sedang sibuk membersihkan kursi dan mejanya dari selimut debu, lalu didepan sebelah kirimu ada Izzah dan Anna yang lagi ngobrol entah dengan tema apa. Lalu tak lupa pula pandanganku ini menuju padamu. Rasanya kalau sehari saja tak memandangmu, kayaknya ada yang kurang gitu. Tapi ah…. kau ini, hanya melihatku seperti itu saja?! Tak adakah sesuatu yang lain? ya, walaupun itu hanya senyum kecilmu? Senyum yang selalu aku nanti-nantikan setiap kali aku memandangmu.. Aku sangat bingung dengan dirimu. Apa kamu tak pernah tahu apa arti senyummu bagiku itu? atau kamu pikir senyummu hanya sekedar angin lalu yang berhembus hilang?! kamu sungguh salah jika mengira begitu. Bagiku, senyummu adalah embun hangat hatiku dimusim dingin ini. Senyummu adalah semangat yang memberikan kekuatan pada setiap langkahku. Apakah kau tak tahu ini semua? walau hanya sekedar merasannya saja?! Tidakkah sama sekali.. ?! ya Tuhan…. aku tak percaya ini. Kamu ternyata masih menganggapku hanya sebatas teman. ya, sekedar teman seperti si ufa, Boy, Anna atau lainnya itu. Ya Rabb…!!

Sesaat aku menuju ketempatku. kutaruh buku-bukuku diatas meja. Muqara-muqarrar yang bikin jenuh itu, kubiarkan diam saling tumpuk. Aku tampak lesu berselimut dingin. Kulirik kamu yang masih diam bagai patung sang dewi. "kalau saja ada yang bisa kulakukan kan nggak suntuk gini. pagi-pagi sudah BeTe" batinku. "ah.. ini semua gara-gara kamu. tapi salahku juga mikirin orang kayak kamu..".
Inginku mendekatimu, ngobrol seperti biasa sambil menunngu datangnya ustadz. Dan seandainya saja aku seperti Romeo yang ada dalam film, ya Romeo dan juliet itu, aku ingin sekali berdiri didepanmu, dan dengan gagah kuungkapkan isi hatiku padamu, hingga kamu akhirnya terpesona dengan keberanianku. Dan kebetulan sekali, saat ini adalah bulan valentine. Aku ingin ia menjadi saksi sejarah bahwa bulan ini benar-benar bulan kasih sayang. Bulan dimana hati kita berdua menyatu mengikrar cinta. Sebuah cinta suci yang tak hanya sekedar menjadi pengalaman masa muda untuk kemudian pudar seiring masa. Tapi sayang nya itu semua tak akan pernah terjadi. kita tentu paham bahwa cinta tak hanya ada dalam bulan februari tanggal sekian. cinta itu bagaikan mata air surga yang selalu mengalir dari hati. Sehari tidaklah cukup untuk mengungkapkan geloranya. Tentunya kamu tak ingin aku wiridan cinta dalam sehari itu kemudian kutinggalkan dan kucampakkan keesokannya. Dan sedikitpun tak tersirat agar itu menjadi nyata. Jadi, kubiarkan diriku sabar menantimu sadar. Aku anggap saja ini adalah ujian untukku.
Namun pagi ini sungguh aku sangat merindumu. Aku sungguh berharap lembut senyummu itu menyapaku. Aku ingin mendekatimu, menemanimu dalam kosongnya waktu. namun kuurungkan niatku ini karena bad mood sudah lebih dahulu menguasaiku Kubiarkan saja kamu diam disana dan akupun tak beranjak dari tempatku. “kenapa sih kamu tak bisa merasakannya…??”. kutarik nafas yang terasa dingin dalam-dalam. kuisi paruku sepenuhnya dengan udara. huufhhhh…Astaghfirullah..

*****
Dingin hari ini semakin menyeruak. Matahari yang terang tak mampu menghangatkan tubuh-tubuh yang menggigil beku. Bahkan dengan balutan jaket tebal yang kubeli dari pasar jum'at pun masih tak kuasa menahannya. Aku sudah tak konsen dengan pelajaran yang disampaikan ustadz. Serasa aku ingin keluar saja dari kelas, tapi masih kutahan. Sementara ustadz bersemangat dengan ceramahnya, kukeluarkan HP yang ada disakuku. Kupencet-pencet keypad mencari nama. Beberapa detik kemudian suara musik terdengar nyaring lalu secepat kilat ku tekan end call.
Si Boy yang duduk di belakangmu tampak kaget dan langsung melihat kearahku dengan muka kesal. Akupun hanya nyengir menyunggingkan senyum puas. hehehe…. sejenak, kamu yang juga tampak kaget ikut memandang kepadaku. Aku cuek. Meski aku merasa hatimu mengataiku sebagai orang Bengal.." tapi tak apalah usil sedikit. kalau nggak gitu kan nggak asyik. haha….
Tampak ustadz yang terpaksa menghentikan bicaranya itu sedikit terbengong. Tapi sebelum ia melanjutkannya, aku yang sedari tadi sudah menahan capek spontan minta izin untuk keluar setelah kurapikan bukuku dikolong meja. Bebaaaaas… itulah ungkapan yang kurasakan. Wuuhh….
Mungkin tak pernah terpikirkan olehmu bahwa aku suka melakukan hal bodoh ini hingga kamu tak bosan-bosannya bilang nanti aku bisa rosib, gagal atau mukafaahku dipotong. Kalau sudah gitu bisa mampus riwayatku, bilangmu diiringi senyum tipis saat itu. Sebenarnya aku juga nggak pengen bolos atau kabur seperti itu. Apalagi jaminannya mukafaah ; nggak kebayang jika aku harus gali lobang atau hanya bisa menelan ludah selama sebualan. naudzu billah…. Aku juga telah berusaha supaya bisa nglakuin seperti apa yang kamu bilang itu. Tapi bagaimana ya jelasinnya…. yang pasti aku nggak bisa diam bertahan dalam kelas yang bagai penjara itu. Lagi pula aku punya prinsip bahwa ilmu tak hanya dikelas; tapi dimana saja. Aku yakin kamu juga berprinsip sepertiku.
Coba bayangkan, kita dalam kelas hanya duduk dan diam layaknya robot. sedang ustadz, lihatlah mereka banyak yang seperti pengkhotbah. Hanya membaca buku, mendikte sambil menyuruh kita mencatatnya, padahal mengajar bukan hanya itu kan…?!. Aku jadi bingung sendiri, mengapa kita harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendengar ceramah yang sulit dicerna. Bahkan menghabiskan sepertiga umur dalam kelas hanya untuk omongan-omongan yang bikin kita berujar haahhhh… cape’ dech!!
Dan seperti biasa, pasti kamu akan menjawab semua ini dengan nada heran. lalu kamu akan bilang kalau aku orang yang kurang baik, tidak sopan, tidak menghargai ustad, keminter, dsb… Aku tau kamu pasti akan begitu karena maaf saja, aku tidak seperti kamu yang tak bisa merasakan perasaanku. Aku bisa bilang begini karena memang aku tau kamu, paham sifat-sifatmu meski kadang-kadang kamu menang sulit dimengerti. Dan aku juga tau kalau kamu mendengar ini, kamu mungkin akan bilang aku seorang egois, sok tau dan bla. bla.bla…

Hah, egois.. ?! benarkah aku egois ?! bukankah kamu yang lebih egois ?! kamu selalu memandang aneh padaku. Kamu nggak bisa mengerti perasaanku. Bahkan kamu telah menyakitiku, membuat hati ini seolah ditusuk-tusuk duri jahannam lalu kamu tinggalkannya untuk diinjak-injak dijalanan. Disaat aku semakin bingung dengan menunggu responmu, kamu ternyata malah memilih dan membuka tanganmu untuk dirinya. Apa kamu buta , hingga aku yang dihadapmu seakan tak pernah ada ?! jangankan membalas cintaku, merasakannya pun tidak bahkan kamu malah memberikan hatimu padanya. Sudah berapa lama sih kamu mengenalnya ? sebulan, dua bulan atau memang dia telah mendahuluiku berjuang menahlukkanmu ? oh bodohnya aku ini. Ternyata aku belum tau benar siapa kamu sesungguhnya.

*****
Lama kutertegun memikirkan nasibku. Sementara hati ini belum ingin beranjak dari lamunanku tentangmu, aku harus rela menerima kenyataan yang kini telah mencabik-cabik cintaku. Matahari yang telah udzur dengan menyisakan senja merah terasa sangat indah. Sangat indah seandainya saja akulah yang terpilih untuk memiliki hatimu. Dengan diiringi belaian angin sepoi dingin aku tak kuasa menahan deraian air mata. Ternyata aku yang tampak biasa cuek bisa juga lembek. Ingin sekali kuhapus airmata ini tapi bayanganmu selalu membuatnya kembali meleleh. Aku memaki diriku sendiri mencoba lari dari bayanganmu itu. Aku bertanya pada sendiri : apa sih hebatnya dirimu ? aku terdiam.

Sejak kita saling kenal hingga kamu mulai menyihir jiwaku, Aku telah banyak tau tentangmu, namun yang belum aku tau sampai saat ini adalah bagaimana perasaanmu padakau. Akupun hanya bisa berharap, meski aku tau sikapmu padaku tak berubah, biasa saja. dan hari ini aku tau semuanya hanyalah mimpi. Akupun menangis. Lalu kenapa aku harus cemburu saat kamu jadian sama dia ? entahlah…
Mungkin itulah tandanya seorang yang jatuh cinta meski aku sendiri sebenarnya tidak tau cinta itu bagaimana. Aku hanya mendengar dari mereka yang pernah mengalaminya juga dari roman-romannya HAMKA atau ayat-ayat cinta-nya El-Syirazi yang kamu pinjamkan ke aku itu. Kata mereka cinta adalah mahluk yang paling misteius didunia ini, awalnya sangatlah manis tapi akhirnya sangatlah pahit. Sedang pengalaman sendiri, jujur saja aku belum pernah merasakannya kecuali setelah bertemu denganmu. Dan kini aku benar-benar merasakan apa yang mereka katakan. .

Tahukah kamu apa yang membuatmu menarik ?! ternyata “sikap biasamu” itu. Selama setahun lebih aku mengenalmu disini, ternyata kamu tetaplah kamu. Kamu yang dulu, kemarin dan sekarang. Sangat menakjubkan. Tak habis pikir ternyata itulah yang membuatku penasaran hingga ingin sekali aku menaklukkanmu. Tapi sayangnya kamu nggak menyadarinya. Kamu nggak bisa merasakannya. Ah… salahku juga sih aku terlalu sopan hingga takut tunjukkan isi hatiku padamu. Kuakui memang aku tak tau bagaimana ungkapkan rasa ini kecuali lewat sikap dan perhatianku padamu selama ini.
Apa kamu masih ingat tulisan yang pernah kamu baca dibukuku yang kamu pinjam dulu ?! sebuah tulisan yang kamu pakai buat meledekku !! disana kutulis: "idealisme cinta adalah sikap stanpa sebuah kata atau pena" apa kamu ingat itu ?? tahukah kamu ternyata ia kini kau telanjangi kebodohannya didepan realita. Bahkan akhirnya kamulah yang benar karena realitas cintaku tak cukup dengan sebuah sikap. Ia harus dipaksa keluar lewat lisan ini dengan serangkaian kata, kalimat dan simbol-simbol yang jelas atau lewat goresan pena dengan huruf-huruf kapital besar "I LOVE YOU". Mungkin dengan semua inilah kamu baru bisa tau keinginanku. Namun kembali kuingin menangis jika teringat kisahku ini. Kisah yang sangat menyedihkan karena disaat kusadari semua kesalahanku,, ternyata hatimu telah tertambat diujung labuhan lain. Kini kamu disana telah berdua, sedangkan aku masih sendiri disini. Ya Tuhan…. Kenapa aku ini ?!

Ah, sudahlah !! aku capek memahamimu. Biarkanlah aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Aku ingin kembali kekehidupanku, sebagai Aku. Tentang kamu, mungkin aku hanya bisa mengagumimu dari jauh, melirikmu saat kamu duduk menunduk atau mungkin nanti memilikimu saat taqdir memihakku. Mungkin juga bisa kukatakan pada malam-malamku nanti saat bintang-bintang berpendar menemani rembulan bahwa ceritaku hanya ada dalam khayalku yang bisu. (awal musim semi 2008 )
*Lirik by Padi.