Kamis, 15 Mei 2008

kenangan sholawat

Matahari mulai meredupkan sinarnya. Mega menyelimuti langit senja. Seorang anak lelaki berjalan ke luar dari rumahnya. Kain sarung dan sebuah peci yang dikenakannya menandakan bahwa dia akan menuju masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Sejak dia dikhitan, lingkungan sosialnya bertambah, yaitu masjid. Sebelumnya, dia tidak pernah sekali pun masuk ke dalam masjid, apalagi ikut sholat sebagaimana teman-temannya yang sudah lebih dulu dikhitan.
Sesampainya di masjid, beberapa temannya sudah berada di sana. Ia pun segera duduk bersama teman-temanya membentuk setengah lingkaran di dekat mihrab. Tak lama kemudian seorang pemuda memimpin mereka mengumandangkan sholawat. Gema sholawat dengan lafazh dan irama yang beraneka ragam segera mengisi langit senja melalui pengeras suara masjid. Lelaki kecil dan teman-temannya seolah-olah berusaha untuk mengingatkan kepada para tetangga masjid bahwa waktu sholat maghrib sudah dekat dan mengajak tuk ikut meramaikan masjid dengan sholat berjamaah.
Alunan sholawat yang senantiasa hadir di masjid itu di setiap sore, meninggalkan jejak yang tetap berbekas di sebuah ruangan memori si lelaki kecil. Hingga suatu masa ....
*****
Acara pengajian rutin malam itu sudah dibuka. Namun sang guru yang akan mengisi materi belum juga hadir. Pembawa acara agak sedikit bingung dengan apa dia mengisi waktu kosong tersebut. Dia pun meneliti buku tipis yang dipegangnya sejak awal acara pengajian. Di bagian sampul buku tersebut terdapat dia menemukan sebuah syair sholawat. Sholawat yang dulu sering dia lantunkan bersama teman-teman di sebuah masjid di seberang sana. Dia pun mencoba mengingat bagaimana irama sholawat tersebut dilantunkan dulu.
Tak lama kemudian, dia pun memberanikan diri berbicara kepada pimpinan pengajian dan mengusulkan untuk mengisi waktu kosong dengan membaca sholawat. Pimpinan pengajian pun setuju. Maka mulailah dia melantunkan sholawat tersebut yang kemudian diikuti oleh semua jamaah pengajian.
Tak lama kemudian, sang guru yang dinanti pun hadir dan beberapa waktu berselang beliau segera menyampaikan materi pengajian malam itu.
*****
Setibanya di rumah, si pembawa acara tersebut ditanya oleh ibunya dari mana dia mendapatkan lafazh sholawat tersebut dan cara melagukannya. Dijawab saja langsung, "Lafazhnya ada di buku, sedangkan iramanya sering dilantunkan dulu ketika di masjid."

Tidak ada komentar: