Sabtu, 26 April 2008

Sejarah Perkembangan Sastra Arab

Menyebarnya sastra arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya islam secara luas ke berbagai belahan dunia terutama pada abad ke 7 hijriah, hal ini dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an yang mulia. Bahasa yang indah ini menyebar ke berbagai penjuru timur dan barat, sehingga sebagian besar peradaban dunia pada masa itu sangat terwarnai oleh peradaban Islam. Mereka yang berperan mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan islam berasal dari berbagai suku bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia, Barbar, Andalusia dan sebagainya, walau berbeda bangsa namun mereka semua bersatu diatas Islam dan Bahasa Arab, mereka berbicara dan menulis karya sastra serta berbagai kajian keilmuan lainnya dengan Bahasa Arab .
Dan tidaklah Allah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.”(Yusuf : 2). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam ,dia dibawa turun oleh Ar ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas“(Asy Syu’ara:192-195).
Allah juga berfirman “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Pembahasan ini mencoba untuk membangkitkan semangat para generasi muda islam untuk mengkaji kembali kebudayaan islam yang agung dan indah ini, kebudayaan yang pernah memimpin dunia, yang mampu menyentuh bagian hati manusia yang paling dalam dengan cahaya imannya, menjadi penawar bagi jiwa yang luka, menghidupkan kembali hati yang mati.
Sastra Arab dan Pembagian Periode Perkembangannya
Kata الأدب sendiri telah mengalami berbagai macam perubahan makna seiring berjalannya waktu dan bergantinya peradaban bangsa arab, dahulu kala kata الأدب bermakna undangan untuk makan. Pengertian Adab terus berubah hingga akhirnya menjadi sesuatu yang kita pahami saat ini.
Pengertian Adab
Adab memiliki dua makna ; makna khusus dan makna umum.
Secara umum الأدب berarti berhias diri dengan akhlak yang luhur seperti jujur, amanah dsb, orang bijak mengatakan : أدبني ربي فأحسن تأديبي “Robbku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan.” Dalam definisinya, Al-Jurjani meletakkan Adab sebagai sesuatu yang setara dengan Ma’rifah yang mencegah pemiliknya dari terjerumus kedalam berbagai bentuk kesalahan.
Secara Khusus “Al-Adab” berarti :

الكلام الانشائي البليغ الذي يقصد به إلى التأ ثيرفي عواطف القراء والسامعين ، سواء كان شعرا أم نثرا

“Yaitu perkataan yang indah dan jelas, dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau mendengarnya baik berupa syair maupun natsr atau prosa. “
Perkataan tersebut haruslah memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
Lafaznya haruslah mudah dan indah, memiliki kedalaman makna serta menyentuh jiwa.

Jenis-jenis Adab
Natsr atau prosa: yaitu ungkapan yang indah namun tidak memiliki wazan (timbangan atau irama kata yang menyusun suatu bait syair) maupun qofiyah (kesamaan bunyi huruf akhir dalam sebuat bait syi'ir). dan macam-macamnya adalah: khotbah, surat, wasiat, perkataan hikmah, matsal, dan kisah.

Syair: yaitu ungkapan indah yang memiliki wazan maupun qofiyah, seperti :
تـعلم فليس المرء يولد عالما # وليس أخو علم كـما هو جـاهل
وإن كبير القوم لا علم عنده # صغير إذ التفت عليه المحا فل

Jenis-jenis syair seperti: deskripsi atau pemerian, pujian, ejekan, kedukaan, hikmah dsb.
Sejarah Adab
Ilmu sejarah adab merupakan suatu ilmu untuk mengetahui kondisi sastra di berbagai periode perkembangannya, baik dari segi kuat atau lemahnya maupun sedikit atau banyaknya. Melalui ilmu ini kita juga dapat mengetahui kehidupan para sastrawan, baik dari segi masa dimana ia hidup, tempat dan karya-karyanya.
Periode Perkembangan Adab
Periode perkembangan dalam sastra arab dibagi kedalam enam periode :
Periode Jahiliyah : Sejak dua abad atau satu setengah abad sebelum islam hingga masa dimana islam muncul.
Periode awal Islam : Sejak munculnya islam hingga berakhirnya kepemimpinan Khulafa’urrasyidin tahun 40 H.
Periode Daulah Umayyah : Sejak berdirinya Dinasti Umayyah tahun 40 H hingga masa keruntuhannya tahun 132 H.
Periode Daulah Abbasiyah : Sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah tahun 132 H hingga masa keruntuhannya akibat serangan pasukan Tatar tahun 656 H.
Periode Keruntuhan: Periode ini dibagi dua fase yaitu sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah tahun 656 H dan ketika Dinasti Utsmaniyyah menguasai Kairo pada tahun 923 H dan berakhir hingga runtuhnya Dinasti Utsmaniyyah pada awal abad ketiga belas hijriah.
Era baru: Ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan kebangkitan islam dibeberapa negara arab pada awal abad ketiga belas hijriah hingga saat ini.
Nash-nash Adab Yaitu kutipan dari karya-karya sastra yang terpilih yang merupakan ucapan maupun tulisan dari para sastrawan dari berbagai masa dan tema.
tulisan ini merupakan muqaddimah kita dalam pembahasan tentang sastra Arab. esai ini saya ambilkan dari tulisan mas ichsan mufti di: http://ichsanmufti.wordpress.com/

Rabu, 16 April 2008

Anak anak lampu merah

Matahari telah menyisakan warna merah diujung sana. Lampu-lampu di jalanan ibu kota telah menggantikan terangnya sang penguasa siang. Gemerlap Jakarta mulai dimainkan. Mungkin beberapa menit lagi azan akan bergema, aku yang baru pulang kuliah harus berdiri didalam bis yang penuh sesak. Jalananpun macet ditambah lampu merah yang sudah tak mampu mengendalikan semrawutnya para pengguna jalan. Akhirnya bis putih jurusan kampug rambutan-tanah abang itu harus terhenti dibelakang beberapa kendaraan lain.
Aku yang duduk di pinggir dekat jendela mencoba menghindari pengapnnya suasana dalam bis. Kumainkan telunjukku dikaca yang telah kusam tertutup debu. Kulayangkan sepasang mataku menyusuri jalanan yang bising oleh suara klakson dan deru mesin kendaraan.
Hari ini benar-benar kacau, pikirku. Sudah masuk kuliah terlambat, presentasi yang gagal, perut yang keroncongan duit tinggal goceng lagi. Benar-benar susah hidup ini… huuhhh
Kucoba melupakan semua masalah yang ada, kulihat dari pinggir jalan sana, beberapa anak kecil
turun kejalan diantara celah-celah mobil yang antri bersiap untuk ngebut kedepan. Perkiraanku umur mereka yang paling besar sekitar 11 tahun, sedang yang paling kecil mungkin 6 tahunan. Anak-anak yang malang, gumamku.
Dengan muka yang kusut dan baju yang entah berapa hari atau minggu tak dicuci, dua orang masuk kedalam bis yang ada didepanku. Sedang yang lainnya lagi mendekati sedan-sedan dan angkot yang berjejer rapat. Kusaksikan pemandangan tak masuk akal ini hampir tiap hari. Berpasang-pasang tangan kecil tak berdaya ditengadahkan dari luar kaca mobil. di bawah temaram lampu jalanan itu, Jemarinya yang kehitaman berselimut debu sangatlah tidak wajar untuk dipertontonkan. Denagn mata yang cekung layu dan wajah yang memelas penuh harapan, mereka mencoba mengetuk hati para manusia, mengabarkan kesusahan dan penderitaan yang selalu mempermainkan hidup mereka. Apakah diantara para manusia itu ada yang masih punya nurani sehingga sudi memberikan sedikit rizkinya untuk sekedar mengisi perut yang membusung akibat kurangnya gizi, atau sekedar berbagi rasa atas apa yang telah dikaruniakan kepada mereka oleh sang Ilahi. Aku tak tahan melihatnya, namun tak sangggup pula tuk memalingkan muka masa bodoh dengan derita mereka. Mataku berair, hatiku memekik keras, tapi gaungnya hanya tertahan sampai di tenggorokan. Tuhan apa salah mereka…??
hatiku berkecamuk. prihatin, marah, geram dan perasan tidak berdaya beraduk tak karuan. keadaanku yang mungkin tak jauh beda dengan anak-anak tadi juga membuatku ingin meronta sejadinya. "mengapa kami harus begini?!". tanyaku pada diri sendiri.
Dulu, saat pertanyaan ini mengusikku tuk pertama kali, "sebuah ketidak adilan" adalah kesimpulan pertamaku yang membuatku gelisah dan akhirnya menggoncangkan batinku sejak beberapa tahun yang lalu. bahkan, sampai saat ini masih membekas dalam diriku. Ketidak adilanlah yang membuatku kecewa, menangis, menderita, dan putus asa dengan hidup ini. bahkan sampai membuatku muak dengan keyakinanku yang ada selama ini. Aku bimbang apakah benar Tuhan yang maha bijaksana itu benar adanya?!
memang aku bisa dibilang sebagai seorang anak jalanan yang hidupnya harus sering terlunta-lunta, bahkan untuk membayangkan kenikmatan dunia ini saja, aku harus mendongakkan kepala setinggi-tinggginya hingga seakan aku memang tidak akan sangggup menggapainya. meskipun sekarang keadaanku mungkin lebih baik, dengan lapak dagangan yang lumayan sehingga bisa diandalkan untuk hidup bersama ibu dan seorang adik kecilku, juga biaya kuliahku yang tinggal dua semester lagi, namun hal itu tak menghapus masa laluku yang penuh dengan penderitaan. aku sejak kecil harus rela mondar mandir jualan di bis, kereta, dan jalanan. kemudian untuk beberapa tahun semenjak kelas satu SMP aku agak beruntung karena bapakku bisa mendapatkan tempat untuk membuka toko sebelum akhirnya diluluh lantakkan oleh buldoser atas kebijakan penguasa. kemudian aku mencoba masuk kuliah namun belum satu semester aku terpaksa berhenti demi bapakku yang sakit keras yang akhirnya harus meninggalkan kami bertiga selamanya. aku sangat stres waktu itu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. aku hanya bisa meratapi nasib, sambil bertanya "mengapa...mengapa ...?!". kenangku saat melihat polah anak-anak kecil itu.
****
"Mas, kembaliannya…" aku tersadar, seorang kenek memanggilku sambil menyodorkan beberapa lembar uang kembalian padaku. aku jadi teringat kalau sisa uang yang kubayarkan tadi ternyata belum dikasih.
"ya, makasih...". kataku singkat.
kualihkan lagi pandanganku melihat keluar jalanan. anak-anak tadi ternyata sudah tak karuan keberadaaanya. ada yang masih sibuk didepan, ada juga yang sudah dibelakang sana. satu anak sebenarnya mau masuk kedalam bis yang aku tumpangi, namun mungkin karena melihat bis telah penuh sesak, ia urungkan niatnya. ia hanya berjalan mengelilingi bis sambil mendongak keatas mengharap ada tangan yang menyisihkan sedikit recehannya. Dari atas bis, beberapa tangan diulurkan mencoba memberikan bantuan semampunya. Sesaat kemudian, ia telah berada dihadapanku dan aku benar-benar tak kuasa melihatnya.
"mas…"
kedua tangannya ditengadahkan ke arahku. aku tak tau harus ngasih atau tidak. tapi entahlah, tanganku secara spontan langsung saja memberikan kepingan uang 500-an yang ada disaku. Ingin sekali aku memberinya sesuatu yang lebih dari ini, mengajaknya bermain atau membantunya menjawab sebuah pertanyaan yang biasa ditanyakan ibu guru kepada murid-muridnya: “apa cita-citamu kelak?”. Namun beginilah diriku, keadaanku yang memaksaku hanya bisa untuk mengelus dada dengan bebagai tanya.
"makasih mas.." bilangnya seraya diiringi senyum polos.
"ya, ya…" aku hanya anggukkan kepala pelan.
sedetik kemudian ia berlari ke pinggir jalan. sementara temannya yang sedang beraksi di belakang bis yang kutumpangi terlihat lesu. mungkin ia belum dapat sepeserpun atau karena ia mendapat gampretan orang yang geram dengan anak-anak seperti mereka atau mungkin juga karena lampu merah masih belum menyala. ia masih memelas di samping sedan hitam dibelakang itu.
"sebenarnya mengapa harus begini..?!" pertanyaan itu muncul lagi. pertanyaan mengapa harus ketidak adilan. katanya kita ini hidup di negeri yang kaya dan pastinya hampir 100% beragama, percaya Tuhan dan pembalasan; apalagi negeri kita katanya dipenuhi muslim, kenapa kok kelihatan seperti bangsa Bar-Bar; yang kuat menggencet yang lemah, yang kaya menghisap yang miskin. kenapa kita jadi bangsa pengisap?? Mana agama? Mana mereka yang mengaku muslim? bukankah ini nggak masuk akal?!! Sederet pertanyaan yang membuatku pusing.
"ini adalah takdir, ujian bagi kita. karena itu hendaknya sabar...". kata sebagian orang.
tapi aku tidak bisa terima. " sabar kan ada batasnya, coba kalau sampean yang seperti ini..!! bukankah kerusakan dan keadaan ini juga karena manusia?? jadi jangan dikit-dikit Tuhan, ini itu Tuhan..." gugatku dalam hati kesal.
dan sementara pertanyaan-pertanyaan semacam itu bergelayut dalam pikiranku, aku teringat kata-kata mereka yang mungkin sangat mengguncang:
"ini karena manusia mau diperbudak oleh doktrin-doktrin yang melemahkan mereka. manusia dijejali dengan janji dan mimpi-mimpi bahwa penderitaan di dunia ini akan diganti dengan kenikmatan yang berlipat dan tiada bandingannya nanti di akhirat. untuk itu, mereka harus bersabar saja dalam himpitan kejamnya dunia seraya menyerahkan semua masalah dalam doa mereka pada Tuhan yang nggak jelas keberadaanya."
"memang manusia telah biasa diajarkan untuk mengadu. ya, hanya sekadar mengadu dalam sujud-sujud yang tak akan pernah bisa mengubah nasib mereka. manusia telah terasing dari dirinya sendiri. mereka telah tunduk takluk pada dogma-dogma yang tak masuk akal. seolah jika mereka berdoa, Tuhan atau dewa-dewa penolong akan langsung turun dari langit, dan selanjutnya masalah BERES. bullshit....!! kata mereka.
dan memang aku pikir selama ini aku telah berdoa siang malam, bersujud dalam serentetan tahajjud, mengadu dalam keluh dan tangisku; tapi apa yang aku dapatkan?? tak ada sama sekali... bahkan dulu saat aku rajin-rajinnya ibadah, berbagai masalah dan kesulitan malah datang menyerbu. toko kami dirampas lalu disusul kematian bapakku yang membuat kami merana dan sekarat sepanjang jalan.
kurasakan ini semua tak ada bedanya dengan anak-anak di jalanan itu. ku pikir mereka harusnya duduk manis denagn seragam dalam sekolah-sekolah yang nyaman atau bermain dengan gelak tawa yang lepas bersama teman-teman sebaya mereka.
tapi apa yang kurasakan..!! apa yang kulihat..!! aku dan mereka mendeita. jerit kami tak ada yang mendengar. semua bisu. bahkan sampai Tuhan yang selama ini aku yakini sebagai sang maha pengasih, tumpuan harapan yang aku andalkan tak kunjung mengabulkan doa dan ratapku. Akhirnya aku jadi ragu. jika Dia benar-benar ada, kemana Dia selama ini? kenapa Dia bisu dengan ketidak adilan? mengapa dia menciptakan manusia baik dan menusia bejat? mengapa harus ada pengisap dan diisap?
sungguh aneh Tuhan itu, katanya ingin manusia menuju kebaikan; tapi kok bikin perbedaan yang aneh ini? Lihatlah!! Disana banyak sekali maling berjas berdasi sedang berpesta dengan kebodohan kami. Disana Para hakim tengah tawar menawar harga dengan para konglomerat yang perutnya semakin membuncit pelit. Juga disana para ustadz, dai, kyai haji-pun tak mau ketinggalan sedang mengobral ilmunya untuk menyenagkan mereka para penguasa. Mereka semua telah menghianati Tuhan. Tapi mengapa Dia diam tak menegur mereka untuk sadar? malah mengapa aku yang selalu menyembahnya selama ini tak dihiraukannya? mengapa ia membiarkan makhluk yang mengharapkannya tersakiti, terluka hingga tak berdaya? juga mengapa Dia membiarkan anak-anak kecil itu jadi tontonan yang memuakkan nurani? apa salah mereka? mengapa Dia langsung berbalik badan ketika manusia telah diciptakanNya?? bukankah ini berarti bahwa tuhan hanyalah dogma? hanyalah proyeksi pikiran manusia yang lemah sebagai pelarian dari kenyataan alam nyata?! entah....

****
waktu sedikit begeser. beberapa saat lagi lampu merah akan menyala. dan deru mesinpun semakin bertambah. asap hitam knalpot yang tak terukur lagi standar emisinya mengepul dari bawah belakang bis putih ini, sedikit menyelimuti pemandanganku disana. anak kecil disamping sedan hitam tadi kini menepi. dengan gontai ia meniti tepian trotoar menuju teman-temannya. keadaannya yang berantakan itu tak membuatnya malu untuk terus melangkah menjalani hidup. meski seandainya ditanya apakah ia suka seperti itu, pastilah dijawabnya TIDAK..!! keadanlah yang memaksa orang seperti dirinya harus mencampakkan malunya. membuang harga dirinya, dan merelakan dirinya menjadi bahan obrolan orang-orang, surat kabar. majalah, ataupun tv dengan penuh keprihatinan serta penghinaannya.
bukankah keberadaan mereka itu sangat menjanjikan keuntungan?! aku yakin.
lihatlah para penulis atau para pemilik media itu..!! tulisan dan berita mereka penuh gambar penderitaan anak-anak jalanan. dengan sedikit style, tulisan dan berita mereka bisa menjadi selalu laku dipasaran. lihat juga pak politikus-pak politikus itu. apa yang mereka gembar-gemborkan saat kampanye?? keadilan sosial, kemiskinan, dan kemakmuran akan menjadi senjata ampuh untuk mengkadali rakyat. ya, dengan menjual obral kata-kata itu. hahaha... tapi, lalu apa selanjutnya? penghapusan orang miskin dengan penggusuran, penipuan, pemaksaan dan pembunuhan secara perlahanlah yang ada, lalu kemakmuran akan merata pada rakyat jenis baru. ya, mereka itu yang biasa dibilang bapakku dulu: orang-orang sugeh. Orang-orang yang duitnya banyak yang seolah telah membeli dunia ini untuk dikontrakkan pada kita yang mlarat dan sekarat.
"ya dunia kita memang gitu. Lihat saja bangsa kita ini.....!!" kata bapak geram.
kalau bapak dulu hanya menyalahkan sekedar para manusia bejatnya, maka sepertinya aku telah lebih dari itu. mengenang hidupku yang kembang kempis ini , ditambah hasil membaca beberapa buku, aku kadang-kadang malah memprotes asal manusia-manusia itu. Tuhan yang sejak aku lahir telah menjadi keyakinanku menjadi pencipta yang nggak punya tangung jawab, pikirku. Dia seenaknya saja memilih yang satu selalu bahagia dan dalam kesenangan sedang yang lain harus menjadi tumbalnya. Tuhan menurutku telah dholim dan tidak adil. Dia tidak membantu orang-orang yang lemah, dan tidak juga menghukum manusia bejat itu. Dia membiarkan semuanya hingga ini membuatku membenciNya lalu akhirnya tidak mempercayainya. kukatakan kalau Tuhan itu hanyalah buatan akal manusia lemah seperti yang mereka bilang. atau paling tidak Tuhan telah mati dengan kebisuanNya.
lalu, siapakah aku ini...?? tanyaku pada diri sendiri.
kalau Tuhan ngak ada, siapa yang nyiptain aku..?! siapa yang naruh aku dalam perut ibuku dulu..? juga siapa pula yang nyiptain sel-sel sperma sama atom-atom yang membentuknya itu?? apa bapak ibu yang nyiptain atau, ada dengan sendirinya, sim salabim gitu?! ah, its impossible.... itu gak masuk akal bangeeet. Pikirku ragu.
kalau ortuku yang nyiptain, berarti mereka jua diciptain dong sama kakek nenek.... terus mereka berdua diciptain juga. dan akhirnya terus kayak gitu sampe manusia pertama. terus siapa pencipta manusia pertama. nah sampe disini aku mentok dengan jawaban bahwa ternyata Tuhan itu harus ada.
sedang kalau jawabannya ada dengan sendirinya, atau kayak teori evolusi itu, maka itu lebih nggak masuk akal lagi. karna kalaupun ada dengan sim salabim, adanya itu dari apa?? kan pasti sesuatu itu ada pembentuk pertamanya kayak daging, tulang, terus sel lalu atom. nah, yang bikin atom siapa??
sementara jawabanku sendiri masih ngambang, antara ada dan tiada, antara Tuhan itu adil dan dholim bunyi klakson yang bersahutan membuyarkan pikiranku. rangkaian jawaban yang hampir kudapatkan berantakan dan hilang. ah... tuhan kusebut lirih namaNya. sambil termenung kupandangi wajah-wajah lugu penuh derita yang menunggu nyala lampu merah, aku lambaikan tangan pada mereka pelan. salah satunya membalas dengan senyum kecil yang manis. aku tak tau arti senyum itu tapi bis putih telah melaju membawa pesan mereka padaku: kalau nggak ada kami,buat apa kamu didunia ini?!.
kini aku telah menemukan jawabannya dan aku yakin Tuhan ada.
(23 nov 2007/ dimuat di bulletin SAHARA KKMI Tripoli-Libya)

Jumat, 11 April 2008

Khayalku Bisu

aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu…*

Biru, salah satu warna favoritmu selalu memberi khas pada setiap gerakmu. Dipadu kontras gelap kemejamu dengan garis-garis tegak simetris yang senada dengan warna biru jilbabmu itu tak ubahnya langit dengan awan-awan tipis yang berarak berdampingan. Dari dulu kamu seperti itu. Sederhana namun mempesona. Soal pakaian mungkin kamu bisa dibilang seorang yang sedikit kolot atau seperti yang dibilang mereka itu, “konservatif”. Ya konservatif, Yang nggak tau zaman, mode, ataupun style-style masa kini yang serba minimalis, hingga kelihatan PeTe PeCeTe kata seorang teman. Juga lebih baik kamu tetap seperti itu, seperti bunga yang selalu mekar jauh dari tangan jahil yang ingin memetiknya. Menjadi diri sendiri, dan bukan menjadi ORLA. Bukankah kepribadianmu memang seperti itu ?!.

Seperti biasa, saat aku masuk kelas aku pasti melihatmu telah duduk ditempat pilihanmu itu. Sikapmu yang pemdiam dan lebih sering menundukkan diri itu seolah kamu sedang berpikir atau membaca coretan-coretan kecil di secarik kertas buram. Dengan berdiri sebentar kuucapkan salam dengan datar. lalu kuedarkan pandanganku sekilas melihat kebiasaan-kebiasaan kita di kuliah ini. Hanya dua puluhan yang sudah stand by dikelas, hitungku. Sedang sisanya, pastilah mereka masih dijalan atau enggan beranjak dari mimpi-mimpi indah dalam balutan selimut tebal. Ya meskipun musim sudah mulai mengkuncupkan bunga-bunga, dan burung-burung telah mendendangkan puja-puji atas cinta, namun musim dingin masih menyisakan aroma dinginnya dengan sangat. Kalaulah aku tak sadar, mungkin aku akan seperti mereka. Lebih baik tidur dari pada seperti ini. Toh dikuliah tak ada absensi, juga seperti biasa kita hanya disuruh menampung jutaan huruf yang kadang tak bisa kita mengerti. Ia toh… ?!
Di pojok sana kulihat teman kita si Tanzani sedang sibuk membersihkan kursi dan mejanya dari selimut debu, lalu didepan sebelah kirimu ada Izzah dan Anna yang lagi ngobrol entah dengan tema apa. Lalu tak lupa pula pandanganku ini menuju padamu. Rasanya kalau sehari saja tak memandangmu, kayaknya ada yang kurang gitu. Tapi ah…. kau ini, hanya melihatku seperti itu saja?! Tak adakah sesuatu yang lain? ya, walaupun itu hanya senyum kecilmu? Senyum yang selalu aku nanti-nantikan setiap kali aku memandangmu.. Aku sangat bingung dengan dirimu. Apa kamu tak pernah tahu apa arti senyummu bagiku itu? atau kamu pikir senyummu hanya sekedar angin lalu yang berhembus hilang?! kamu sungguh salah jika mengira begitu. Bagiku, senyummu adalah embun hangat hatiku dimusim dingin ini. Senyummu adalah semangat yang memberikan kekuatan pada setiap langkahku. Apakah kau tak tahu ini semua? walau hanya sekedar merasannya saja?! Tidakkah sama sekali.. ?! ya Tuhan…. aku tak percaya ini. Kamu ternyata masih menganggapku hanya sebatas teman. ya, sekedar teman seperti si ufa, Boy, Anna atau lainnya itu. Ya Rabb…!!

Sesaat aku menuju ketempatku. kutaruh buku-bukuku diatas meja. Muqara-muqarrar yang bikin jenuh itu, kubiarkan diam saling tumpuk. Aku tampak lesu berselimut dingin. Kulirik kamu yang masih diam bagai patung sang dewi. "kalau saja ada yang bisa kulakukan kan nggak suntuk gini. pagi-pagi sudah BeTe" batinku. "ah.. ini semua gara-gara kamu. tapi salahku juga mikirin orang kayak kamu..".
Inginku mendekatimu, ngobrol seperti biasa sambil menunngu datangnya ustadz. Dan seandainya saja aku seperti Romeo yang ada dalam film, ya Romeo dan juliet itu, aku ingin sekali berdiri didepanmu, dan dengan gagah kuungkapkan isi hatiku padamu, hingga kamu akhirnya terpesona dengan keberanianku. Dan kebetulan sekali, saat ini adalah bulan valentine. Aku ingin ia menjadi saksi sejarah bahwa bulan ini benar-benar bulan kasih sayang. Bulan dimana hati kita berdua menyatu mengikrar cinta. Sebuah cinta suci yang tak hanya sekedar menjadi pengalaman masa muda untuk kemudian pudar seiring masa. Tapi sayang nya itu semua tak akan pernah terjadi. kita tentu paham bahwa cinta tak hanya ada dalam bulan februari tanggal sekian. cinta itu bagaikan mata air surga yang selalu mengalir dari hati. Sehari tidaklah cukup untuk mengungkapkan geloranya. Tentunya kamu tak ingin aku wiridan cinta dalam sehari itu kemudian kutinggalkan dan kucampakkan keesokannya. Dan sedikitpun tak tersirat agar itu menjadi nyata. Jadi, kubiarkan diriku sabar menantimu sadar. Aku anggap saja ini adalah ujian untukku.
Namun pagi ini sungguh aku sangat merindumu. Aku sungguh berharap lembut senyummu itu menyapaku. Aku ingin mendekatimu, menemanimu dalam kosongnya waktu. namun kuurungkan niatku ini karena bad mood sudah lebih dahulu menguasaiku Kubiarkan saja kamu diam disana dan akupun tak beranjak dari tempatku. “kenapa sih kamu tak bisa merasakannya…??”. kutarik nafas yang terasa dingin dalam-dalam. kuisi paruku sepenuhnya dengan udara. huufhhhh…Astaghfirullah..

*****
Dingin hari ini semakin menyeruak. Matahari yang terang tak mampu menghangatkan tubuh-tubuh yang menggigil beku. Bahkan dengan balutan jaket tebal yang kubeli dari pasar jum'at pun masih tak kuasa menahannya. Aku sudah tak konsen dengan pelajaran yang disampaikan ustadz. Serasa aku ingin keluar saja dari kelas, tapi masih kutahan. Sementara ustadz bersemangat dengan ceramahnya, kukeluarkan HP yang ada disakuku. Kupencet-pencet keypad mencari nama. Beberapa detik kemudian suara musik terdengar nyaring lalu secepat kilat ku tekan end call.
Si Boy yang duduk di belakangmu tampak kaget dan langsung melihat kearahku dengan muka kesal. Akupun hanya nyengir menyunggingkan senyum puas. hehehe…. sejenak, kamu yang juga tampak kaget ikut memandang kepadaku. Aku cuek. Meski aku merasa hatimu mengataiku sebagai orang Bengal.." tapi tak apalah usil sedikit. kalau nggak gitu kan nggak asyik. haha….
Tampak ustadz yang terpaksa menghentikan bicaranya itu sedikit terbengong. Tapi sebelum ia melanjutkannya, aku yang sedari tadi sudah menahan capek spontan minta izin untuk keluar setelah kurapikan bukuku dikolong meja. Bebaaaaas… itulah ungkapan yang kurasakan. Wuuhh….
Mungkin tak pernah terpikirkan olehmu bahwa aku suka melakukan hal bodoh ini hingga kamu tak bosan-bosannya bilang nanti aku bisa rosib, gagal atau mukafaahku dipotong. Kalau sudah gitu bisa mampus riwayatku, bilangmu diiringi senyum tipis saat itu. Sebenarnya aku juga nggak pengen bolos atau kabur seperti itu. Apalagi jaminannya mukafaah ; nggak kebayang jika aku harus gali lobang atau hanya bisa menelan ludah selama sebualan. naudzu billah…. Aku juga telah berusaha supaya bisa nglakuin seperti apa yang kamu bilang itu. Tapi bagaimana ya jelasinnya…. yang pasti aku nggak bisa diam bertahan dalam kelas yang bagai penjara itu. Lagi pula aku punya prinsip bahwa ilmu tak hanya dikelas; tapi dimana saja. Aku yakin kamu juga berprinsip sepertiku.
Coba bayangkan, kita dalam kelas hanya duduk dan diam layaknya robot. sedang ustadz, lihatlah mereka banyak yang seperti pengkhotbah. Hanya membaca buku, mendikte sambil menyuruh kita mencatatnya, padahal mengajar bukan hanya itu kan…?!. Aku jadi bingung sendiri, mengapa kita harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendengar ceramah yang sulit dicerna. Bahkan menghabiskan sepertiga umur dalam kelas hanya untuk omongan-omongan yang bikin kita berujar haahhhh… cape’ dech!!
Dan seperti biasa, pasti kamu akan menjawab semua ini dengan nada heran. lalu kamu akan bilang kalau aku orang yang kurang baik, tidak sopan, tidak menghargai ustad, keminter, dsb… Aku tau kamu pasti akan begitu karena maaf saja, aku tidak seperti kamu yang tak bisa merasakan perasaanku. Aku bisa bilang begini karena memang aku tau kamu, paham sifat-sifatmu meski kadang-kadang kamu menang sulit dimengerti. Dan aku juga tau kalau kamu mendengar ini, kamu mungkin akan bilang aku seorang egois, sok tau dan bla. bla.bla…

Hah, egois.. ?! benarkah aku egois ?! bukankah kamu yang lebih egois ?! kamu selalu memandang aneh padaku. Kamu nggak bisa mengerti perasaanku. Bahkan kamu telah menyakitiku, membuat hati ini seolah ditusuk-tusuk duri jahannam lalu kamu tinggalkannya untuk diinjak-injak dijalanan. Disaat aku semakin bingung dengan menunggu responmu, kamu ternyata malah memilih dan membuka tanganmu untuk dirinya. Apa kamu buta , hingga aku yang dihadapmu seakan tak pernah ada ?! jangankan membalas cintaku, merasakannya pun tidak bahkan kamu malah memberikan hatimu padanya. Sudah berapa lama sih kamu mengenalnya ? sebulan, dua bulan atau memang dia telah mendahuluiku berjuang menahlukkanmu ? oh bodohnya aku ini. Ternyata aku belum tau benar siapa kamu sesungguhnya.

*****
Lama kutertegun memikirkan nasibku. Sementara hati ini belum ingin beranjak dari lamunanku tentangmu, aku harus rela menerima kenyataan yang kini telah mencabik-cabik cintaku. Matahari yang telah udzur dengan menyisakan senja merah terasa sangat indah. Sangat indah seandainya saja akulah yang terpilih untuk memiliki hatimu. Dengan diiringi belaian angin sepoi dingin aku tak kuasa menahan deraian air mata. Ternyata aku yang tampak biasa cuek bisa juga lembek. Ingin sekali kuhapus airmata ini tapi bayanganmu selalu membuatnya kembali meleleh. Aku memaki diriku sendiri mencoba lari dari bayanganmu itu. Aku bertanya pada sendiri : apa sih hebatnya dirimu ? aku terdiam.

Sejak kita saling kenal hingga kamu mulai menyihir jiwaku, Aku telah banyak tau tentangmu, namun yang belum aku tau sampai saat ini adalah bagaimana perasaanmu padakau. Akupun hanya bisa berharap, meski aku tau sikapmu padaku tak berubah, biasa saja. dan hari ini aku tau semuanya hanyalah mimpi. Akupun menangis. Lalu kenapa aku harus cemburu saat kamu jadian sama dia ? entahlah…
Mungkin itulah tandanya seorang yang jatuh cinta meski aku sendiri sebenarnya tidak tau cinta itu bagaimana. Aku hanya mendengar dari mereka yang pernah mengalaminya juga dari roman-romannya HAMKA atau ayat-ayat cinta-nya El-Syirazi yang kamu pinjamkan ke aku itu. Kata mereka cinta adalah mahluk yang paling misteius didunia ini, awalnya sangatlah manis tapi akhirnya sangatlah pahit. Sedang pengalaman sendiri, jujur saja aku belum pernah merasakannya kecuali setelah bertemu denganmu. Dan kini aku benar-benar merasakan apa yang mereka katakan. .

Tahukah kamu apa yang membuatmu menarik ?! ternyata “sikap biasamu” itu. Selama setahun lebih aku mengenalmu disini, ternyata kamu tetaplah kamu. Kamu yang dulu, kemarin dan sekarang. Sangat menakjubkan. Tak habis pikir ternyata itulah yang membuatku penasaran hingga ingin sekali aku menaklukkanmu. Tapi sayangnya kamu nggak menyadarinya. Kamu nggak bisa merasakannya. Ah… salahku juga sih aku terlalu sopan hingga takut tunjukkan isi hatiku padamu. Kuakui memang aku tak tau bagaimana ungkapkan rasa ini kecuali lewat sikap dan perhatianku padamu selama ini.
Apa kamu masih ingat tulisan yang pernah kamu baca dibukuku yang kamu pinjam dulu ?! sebuah tulisan yang kamu pakai buat meledekku !! disana kutulis: "idealisme cinta adalah sikap stanpa sebuah kata atau pena" apa kamu ingat itu ?? tahukah kamu ternyata ia kini kau telanjangi kebodohannya didepan realita. Bahkan akhirnya kamulah yang benar karena realitas cintaku tak cukup dengan sebuah sikap. Ia harus dipaksa keluar lewat lisan ini dengan serangkaian kata, kalimat dan simbol-simbol yang jelas atau lewat goresan pena dengan huruf-huruf kapital besar "I LOVE YOU". Mungkin dengan semua inilah kamu baru bisa tau keinginanku. Namun kembali kuingin menangis jika teringat kisahku ini. Kisah yang sangat menyedihkan karena disaat kusadari semua kesalahanku,, ternyata hatimu telah tertambat diujung labuhan lain. Kini kamu disana telah berdua, sedangkan aku masih sendiri disini. Ya Tuhan…. Kenapa aku ini ?!

Ah, sudahlah !! aku capek memahamimu. Biarkanlah aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Aku ingin kembali kekehidupanku, sebagai Aku. Tentang kamu, mungkin aku hanya bisa mengagumimu dari jauh, melirikmu saat kamu duduk menunduk atau mungkin nanti memilikimu saat taqdir memihakku. Mungkin juga bisa kukatakan pada malam-malamku nanti saat bintang-bintang berpendar menemani rembulan bahwa ceritaku hanya ada dalam khayalku yang bisu. (awal musim semi 2008 )
*Lirik by Padi.