Jumat, 11 April 2008

Khayalku Bisu

aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu…*

Biru, salah satu warna favoritmu selalu memberi khas pada setiap gerakmu. Dipadu kontras gelap kemejamu dengan garis-garis tegak simetris yang senada dengan warna biru jilbabmu itu tak ubahnya langit dengan awan-awan tipis yang berarak berdampingan. Dari dulu kamu seperti itu. Sederhana namun mempesona. Soal pakaian mungkin kamu bisa dibilang seorang yang sedikit kolot atau seperti yang dibilang mereka itu, “konservatif”. Ya konservatif, Yang nggak tau zaman, mode, ataupun style-style masa kini yang serba minimalis, hingga kelihatan PeTe PeCeTe kata seorang teman. Juga lebih baik kamu tetap seperti itu, seperti bunga yang selalu mekar jauh dari tangan jahil yang ingin memetiknya. Menjadi diri sendiri, dan bukan menjadi ORLA. Bukankah kepribadianmu memang seperti itu ?!.

Seperti biasa, saat aku masuk kelas aku pasti melihatmu telah duduk ditempat pilihanmu itu. Sikapmu yang pemdiam dan lebih sering menundukkan diri itu seolah kamu sedang berpikir atau membaca coretan-coretan kecil di secarik kertas buram. Dengan berdiri sebentar kuucapkan salam dengan datar. lalu kuedarkan pandanganku sekilas melihat kebiasaan-kebiasaan kita di kuliah ini. Hanya dua puluhan yang sudah stand by dikelas, hitungku. Sedang sisanya, pastilah mereka masih dijalan atau enggan beranjak dari mimpi-mimpi indah dalam balutan selimut tebal. Ya meskipun musim sudah mulai mengkuncupkan bunga-bunga, dan burung-burung telah mendendangkan puja-puji atas cinta, namun musim dingin masih menyisakan aroma dinginnya dengan sangat. Kalaulah aku tak sadar, mungkin aku akan seperti mereka. Lebih baik tidur dari pada seperti ini. Toh dikuliah tak ada absensi, juga seperti biasa kita hanya disuruh menampung jutaan huruf yang kadang tak bisa kita mengerti. Ia toh… ?!
Di pojok sana kulihat teman kita si Tanzani sedang sibuk membersihkan kursi dan mejanya dari selimut debu, lalu didepan sebelah kirimu ada Izzah dan Anna yang lagi ngobrol entah dengan tema apa. Lalu tak lupa pula pandanganku ini menuju padamu. Rasanya kalau sehari saja tak memandangmu, kayaknya ada yang kurang gitu. Tapi ah…. kau ini, hanya melihatku seperti itu saja?! Tak adakah sesuatu yang lain? ya, walaupun itu hanya senyum kecilmu? Senyum yang selalu aku nanti-nantikan setiap kali aku memandangmu.. Aku sangat bingung dengan dirimu. Apa kamu tak pernah tahu apa arti senyummu bagiku itu? atau kamu pikir senyummu hanya sekedar angin lalu yang berhembus hilang?! kamu sungguh salah jika mengira begitu. Bagiku, senyummu adalah embun hangat hatiku dimusim dingin ini. Senyummu adalah semangat yang memberikan kekuatan pada setiap langkahku. Apakah kau tak tahu ini semua? walau hanya sekedar merasannya saja?! Tidakkah sama sekali.. ?! ya Tuhan…. aku tak percaya ini. Kamu ternyata masih menganggapku hanya sebatas teman. ya, sekedar teman seperti si ufa, Boy, Anna atau lainnya itu. Ya Rabb…!!

Sesaat aku menuju ketempatku. kutaruh buku-bukuku diatas meja. Muqara-muqarrar yang bikin jenuh itu, kubiarkan diam saling tumpuk. Aku tampak lesu berselimut dingin. Kulirik kamu yang masih diam bagai patung sang dewi. "kalau saja ada yang bisa kulakukan kan nggak suntuk gini. pagi-pagi sudah BeTe" batinku. "ah.. ini semua gara-gara kamu. tapi salahku juga mikirin orang kayak kamu..".
Inginku mendekatimu, ngobrol seperti biasa sambil menunngu datangnya ustadz. Dan seandainya saja aku seperti Romeo yang ada dalam film, ya Romeo dan juliet itu, aku ingin sekali berdiri didepanmu, dan dengan gagah kuungkapkan isi hatiku padamu, hingga kamu akhirnya terpesona dengan keberanianku. Dan kebetulan sekali, saat ini adalah bulan valentine. Aku ingin ia menjadi saksi sejarah bahwa bulan ini benar-benar bulan kasih sayang. Bulan dimana hati kita berdua menyatu mengikrar cinta. Sebuah cinta suci yang tak hanya sekedar menjadi pengalaman masa muda untuk kemudian pudar seiring masa. Tapi sayang nya itu semua tak akan pernah terjadi. kita tentu paham bahwa cinta tak hanya ada dalam bulan februari tanggal sekian. cinta itu bagaikan mata air surga yang selalu mengalir dari hati. Sehari tidaklah cukup untuk mengungkapkan geloranya. Tentunya kamu tak ingin aku wiridan cinta dalam sehari itu kemudian kutinggalkan dan kucampakkan keesokannya. Dan sedikitpun tak tersirat agar itu menjadi nyata. Jadi, kubiarkan diriku sabar menantimu sadar. Aku anggap saja ini adalah ujian untukku.
Namun pagi ini sungguh aku sangat merindumu. Aku sungguh berharap lembut senyummu itu menyapaku. Aku ingin mendekatimu, menemanimu dalam kosongnya waktu. namun kuurungkan niatku ini karena bad mood sudah lebih dahulu menguasaiku Kubiarkan saja kamu diam disana dan akupun tak beranjak dari tempatku. “kenapa sih kamu tak bisa merasakannya…??”. kutarik nafas yang terasa dingin dalam-dalam. kuisi paruku sepenuhnya dengan udara. huufhhhh…Astaghfirullah..

*****
Dingin hari ini semakin menyeruak. Matahari yang terang tak mampu menghangatkan tubuh-tubuh yang menggigil beku. Bahkan dengan balutan jaket tebal yang kubeli dari pasar jum'at pun masih tak kuasa menahannya. Aku sudah tak konsen dengan pelajaran yang disampaikan ustadz. Serasa aku ingin keluar saja dari kelas, tapi masih kutahan. Sementara ustadz bersemangat dengan ceramahnya, kukeluarkan HP yang ada disakuku. Kupencet-pencet keypad mencari nama. Beberapa detik kemudian suara musik terdengar nyaring lalu secepat kilat ku tekan end call.
Si Boy yang duduk di belakangmu tampak kaget dan langsung melihat kearahku dengan muka kesal. Akupun hanya nyengir menyunggingkan senyum puas. hehehe…. sejenak, kamu yang juga tampak kaget ikut memandang kepadaku. Aku cuek. Meski aku merasa hatimu mengataiku sebagai orang Bengal.." tapi tak apalah usil sedikit. kalau nggak gitu kan nggak asyik. haha….
Tampak ustadz yang terpaksa menghentikan bicaranya itu sedikit terbengong. Tapi sebelum ia melanjutkannya, aku yang sedari tadi sudah menahan capek spontan minta izin untuk keluar setelah kurapikan bukuku dikolong meja. Bebaaaaas… itulah ungkapan yang kurasakan. Wuuhh….
Mungkin tak pernah terpikirkan olehmu bahwa aku suka melakukan hal bodoh ini hingga kamu tak bosan-bosannya bilang nanti aku bisa rosib, gagal atau mukafaahku dipotong. Kalau sudah gitu bisa mampus riwayatku, bilangmu diiringi senyum tipis saat itu. Sebenarnya aku juga nggak pengen bolos atau kabur seperti itu. Apalagi jaminannya mukafaah ; nggak kebayang jika aku harus gali lobang atau hanya bisa menelan ludah selama sebualan. naudzu billah…. Aku juga telah berusaha supaya bisa nglakuin seperti apa yang kamu bilang itu. Tapi bagaimana ya jelasinnya…. yang pasti aku nggak bisa diam bertahan dalam kelas yang bagai penjara itu. Lagi pula aku punya prinsip bahwa ilmu tak hanya dikelas; tapi dimana saja. Aku yakin kamu juga berprinsip sepertiku.
Coba bayangkan, kita dalam kelas hanya duduk dan diam layaknya robot. sedang ustadz, lihatlah mereka banyak yang seperti pengkhotbah. Hanya membaca buku, mendikte sambil menyuruh kita mencatatnya, padahal mengajar bukan hanya itu kan…?!. Aku jadi bingung sendiri, mengapa kita harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendengar ceramah yang sulit dicerna. Bahkan menghabiskan sepertiga umur dalam kelas hanya untuk omongan-omongan yang bikin kita berujar haahhhh… cape’ dech!!
Dan seperti biasa, pasti kamu akan menjawab semua ini dengan nada heran. lalu kamu akan bilang kalau aku orang yang kurang baik, tidak sopan, tidak menghargai ustad, keminter, dsb… Aku tau kamu pasti akan begitu karena maaf saja, aku tidak seperti kamu yang tak bisa merasakan perasaanku. Aku bisa bilang begini karena memang aku tau kamu, paham sifat-sifatmu meski kadang-kadang kamu menang sulit dimengerti. Dan aku juga tau kalau kamu mendengar ini, kamu mungkin akan bilang aku seorang egois, sok tau dan bla. bla.bla…

Hah, egois.. ?! benarkah aku egois ?! bukankah kamu yang lebih egois ?! kamu selalu memandang aneh padaku. Kamu nggak bisa mengerti perasaanku. Bahkan kamu telah menyakitiku, membuat hati ini seolah ditusuk-tusuk duri jahannam lalu kamu tinggalkannya untuk diinjak-injak dijalanan. Disaat aku semakin bingung dengan menunggu responmu, kamu ternyata malah memilih dan membuka tanganmu untuk dirinya. Apa kamu buta , hingga aku yang dihadapmu seakan tak pernah ada ?! jangankan membalas cintaku, merasakannya pun tidak bahkan kamu malah memberikan hatimu padanya. Sudah berapa lama sih kamu mengenalnya ? sebulan, dua bulan atau memang dia telah mendahuluiku berjuang menahlukkanmu ? oh bodohnya aku ini. Ternyata aku belum tau benar siapa kamu sesungguhnya.

*****
Lama kutertegun memikirkan nasibku. Sementara hati ini belum ingin beranjak dari lamunanku tentangmu, aku harus rela menerima kenyataan yang kini telah mencabik-cabik cintaku. Matahari yang telah udzur dengan menyisakan senja merah terasa sangat indah. Sangat indah seandainya saja akulah yang terpilih untuk memiliki hatimu. Dengan diiringi belaian angin sepoi dingin aku tak kuasa menahan deraian air mata. Ternyata aku yang tampak biasa cuek bisa juga lembek. Ingin sekali kuhapus airmata ini tapi bayanganmu selalu membuatnya kembali meleleh. Aku memaki diriku sendiri mencoba lari dari bayanganmu itu. Aku bertanya pada sendiri : apa sih hebatnya dirimu ? aku terdiam.

Sejak kita saling kenal hingga kamu mulai menyihir jiwaku, Aku telah banyak tau tentangmu, namun yang belum aku tau sampai saat ini adalah bagaimana perasaanmu padakau. Akupun hanya bisa berharap, meski aku tau sikapmu padaku tak berubah, biasa saja. dan hari ini aku tau semuanya hanyalah mimpi. Akupun menangis. Lalu kenapa aku harus cemburu saat kamu jadian sama dia ? entahlah…
Mungkin itulah tandanya seorang yang jatuh cinta meski aku sendiri sebenarnya tidak tau cinta itu bagaimana. Aku hanya mendengar dari mereka yang pernah mengalaminya juga dari roman-romannya HAMKA atau ayat-ayat cinta-nya El-Syirazi yang kamu pinjamkan ke aku itu. Kata mereka cinta adalah mahluk yang paling misteius didunia ini, awalnya sangatlah manis tapi akhirnya sangatlah pahit. Sedang pengalaman sendiri, jujur saja aku belum pernah merasakannya kecuali setelah bertemu denganmu. Dan kini aku benar-benar merasakan apa yang mereka katakan. .

Tahukah kamu apa yang membuatmu menarik ?! ternyata “sikap biasamu” itu. Selama setahun lebih aku mengenalmu disini, ternyata kamu tetaplah kamu. Kamu yang dulu, kemarin dan sekarang. Sangat menakjubkan. Tak habis pikir ternyata itulah yang membuatku penasaran hingga ingin sekali aku menaklukkanmu. Tapi sayangnya kamu nggak menyadarinya. Kamu nggak bisa merasakannya. Ah… salahku juga sih aku terlalu sopan hingga takut tunjukkan isi hatiku padamu. Kuakui memang aku tak tau bagaimana ungkapkan rasa ini kecuali lewat sikap dan perhatianku padamu selama ini.
Apa kamu masih ingat tulisan yang pernah kamu baca dibukuku yang kamu pinjam dulu ?! sebuah tulisan yang kamu pakai buat meledekku !! disana kutulis: "idealisme cinta adalah sikap stanpa sebuah kata atau pena" apa kamu ingat itu ?? tahukah kamu ternyata ia kini kau telanjangi kebodohannya didepan realita. Bahkan akhirnya kamulah yang benar karena realitas cintaku tak cukup dengan sebuah sikap. Ia harus dipaksa keluar lewat lisan ini dengan serangkaian kata, kalimat dan simbol-simbol yang jelas atau lewat goresan pena dengan huruf-huruf kapital besar "I LOVE YOU". Mungkin dengan semua inilah kamu baru bisa tau keinginanku. Namun kembali kuingin menangis jika teringat kisahku ini. Kisah yang sangat menyedihkan karena disaat kusadari semua kesalahanku,, ternyata hatimu telah tertambat diujung labuhan lain. Kini kamu disana telah berdua, sedangkan aku masih sendiri disini. Ya Tuhan…. Kenapa aku ini ?!

Ah, sudahlah !! aku capek memahamimu. Biarkanlah aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Aku ingin kembali kekehidupanku, sebagai Aku. Tentang kamu, mungkin aku hanya bisa mengagumimu dari jauh, melirikmu saat kamu duduk menunduk atau mungkin nanti memilikimu saat taqdir memihakku. Mungkin juga bisa kukatakan pada malam-malamku nanti saat bintang-bintang berpendar menemani rembulan bahwa ceritaku hanya ada dalam khayalku yang bisu. (awal musim semi 2008 )
*Lirik by Padi.

Tidak ada komentar: